uni eropa and indonesia


Dalam siaran pers Delegasi Komisi Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam yang diterima di Jakarta tentang Hasil pertemuan “Dialog Bisnis Eropa-Indonesia” yang berlangsung di Brussels, Belgia, 1-2 Oktober 2009 , diketahui bahwa pasar Uni Eropa (UE) memberikan suatu peluang bagi para eksportir di Indonesia dari segi perdagangan.
Sekalipun pasar UE memberikan peluang bagi berbagai produk ekspor asal Indonesia, namun berbagai peraturan ekspornya selama ini masih sulit dipenuhi oleh pengusaha nasional. Perdagangan Indonesia dengan UE selama ini telah berjalan cukup besar terlihat dari total volume perdagangan UE dengan Indonesia yang cukup signifikan.
Saat ini, total volume perdagangan UE dengan Indonesia yang mencapai 20 miliar euro menyebabkan UE mitra dagang terbesar ke-4 bagi Indonesia. Jika memperhatikan nilai ekspor migas Indonesia diabaikan maka bagi Indonesia, UE adalah mitra dagang terbesar ke-2.
Populasi 230 juta jiwa menjadikan Indonesia pasar terbesar di ASEAN sebagai tempat tujuan ekspor barang-barang Eropa. Investasi besar yang berasal dari perusahaan UE mencapai 50 miliar euro meyebabkan perusahaan tersebut sangat setia di Indonesia. Sebanyak 700 perusahaan UE berinvestasi dan mempekerjakan 250 ribu tenaga kerja.
Dalam pertemuan itu, para peserta menyepakati bahwa saran dan dukungan bagi eksportir Indonesia sangat berguna dan perlu dipertahankan. Mereka juga membicarakan prioritas-prioritas di masa depan, khususnya kerja sama di bidang peraturan mengenai usaha kecil dan menengah.
Selain itu, mereka membicarakan langkah-langkah dalam mengatasi hambatan-hambatan bagi perdagangan dan investasi bilateral untuk meningkatkan perdagangan bilateral demi keuntungan kedua belah pihak. Pertemuan yang dihadiri oleh 100 peserta itu mengakui bahwa proses reformasi di Indonesia berjalan dengan baik.
Namun iklim investasi dan bisnis masih mengalami kesulitan karena birokrasi, ketidakpastian dan kurangnya informasi.
Dua acara tambahan dalam pertemuan Dialog Bisnis tersebut diantaranya, penandatanganan perjanjian teknis antara provinsi Sumatra Selatan dan INDOBEL Engineering and Consulting di bidang investasi bahan bakar pribadi dan pertemuan antara Departeman Perindustrian Republik Indonesia dengan Asosiasi Ban dan Karet Eropa dalam hal kerjasama sektoral.

Merosot Tajam
Nilai ekspor di 49 negara-negara termiskin dunia turun tajam 43,8 persen pada semester pertama 2009, terpukul oleh penurunan tajam harga energi termasuk permintaan di China dan Brasil. Nilai ekspor tersebut, sebagian besar di antaranya berada di Afrika, jatuh menjadi 34,4 miliar dolar AS (23,36 miliar euro) selama enam bulan pertama tahun ini, kata laporan oleh Pusat Dagang Internasional (ITC), sebuah badan gabungan Organisasi Perdagangan Dunia dan Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan.
“Faktor utama adalah guncangan harga di sektor energi,” kata kepala ekonom ITC Willem van der Geest. Termasuk produk-produk energi seperti ekspor bensin, penjualan internasional jatuh hanya 13,5 persen menjadi 15,3 miliar dolar AS, kata ITC.
Namun faktor lain yang turut berkontribusi terhadap jatuhnya ekspor adalah penurunan tajam dalam permintaan dari Brasil dan China.
Di antara 49 negara, yang paling terpukul adalah sub-Sahara Afrika, ekspornya jatuh 48,6 persen pada semester pertama, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008.

AS Terbesar Dunia
Amerika Serikat masih merupakan negara manufaktur (pabrikan) terbesar dunia, sekalipun China meningkat, menurut sebuah studi baru. Survei yang dirilis Rabu oleh Manufacturing Institute dengan Manufacturers Alliance yang berbasis di AS menunjukkan bahwa pangsa AS dari nilai manufaktur global menguasai 22 persen pada tahun 2008, kira-kira tingkat yang sama untuk hampir 30 tahun. Pangsa China pada tahun lalu adalah 14 persen, melanjutkan luapan dari tingkat pada tahun 1980 yang hanya dua persen, menurut penelitian menggunakan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dana Moneter Internasional (IMF) dan sumber lain. Manufaktur AS menghasilkan barang senilai 1,64 triliun dolar AS pada tahun 2008.
Walaupun nilainya telah meningkat, pangsa keluaran industri dari produk domestik bruto (PDB) telah turun dari 20 persen pada tahun 1980 menjadi 11,5 persen pada tahun 2008. “Kesalahpahaman yang umum adalah membuat rentetan : bahwa manufaktur domestik sedang hilang,” laporan itu menyatakan. “Ini persepsi yang salah ini didasarkan pada pengamatan konsumen sehari-hari produk buatan luar negeri terlihat pada rak-rak toko dan media fokus pada kehilangan pekerjaan di sektor ini. Tapi fakta-fakta tidak mendukung pandangan pesimistis ini.
Manufaktur di Amerika Serikat tetap vital dan penting bagi ekonomi AS dan kompetitif secara global.” “Fakta-fakta dengan jelas menggambarkan bahwa manufaktur merupakan pusat masa depan ekonomi Amerika,” kata Emily Stover DeRocco, presiden The Manufacturing Institute. “Amerika Serikat memiliki ekonomi manufaktur terbesar di dunia, memproduksi 1,6 triliun dolar AS dalam barang-barang setiap tahunnya. Pangsa pasar global manufaktur Amerika telah bertahan stabil di sekitar 22 persen selama 30 tahun ... Dan satu dalam enam pekerjaan AS di atau langsung terkait dengan manufaktur, yang masih membayar premi gaji dan tunjangan.” tambahnya.
Namun dalam hal ekspor manufaktur, Amerika Serikat adalah yang ketiga terbesar setelah Uni Eropa dan China, dan di atas tempat keempat Jepang, laporan menunjukkan. Dalam hal pangsa pasar global dari ekspor manufaktur, pangsa AS menurun dari 19 persen pada tahun 2000 menjadi 14 persen pada tahun 2007, sedangkan pangsa China naik dari tujuh persen menjadi 17 persen, menurut data.