tag:blogger.com,1999:blog-73859037021251078242024-02-20T15:41:17.751-08:00inspirasikuDeni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.comBlogger20125tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-60232475947177025282015-07-17T05:40:00.000-07:002015-07-17T05:40:06.012-07:00The Lost Atlantis Itu Indonesia?Dua anak bangsa, Ahmad Y Samantho dan Oman Abdurrahman kembali mengajak masyarakat Indonesia membeberkan sebuah misteri peradaban dunia yang tak pernah terungkap sebelumnya, Atlatis.
Atlantis merupakan sebuah kekaisaran dunia yang menjadi sumber segala peradaban. Surga yang disebut-sebut oleh berbagai Tradisi Suci dunia. Namun, enarkan Indonesia adalah Atlantis yang hilang?
Untuk menjawab hal tersebut, keduanya mencoba menjawab dengan sebuah buku 'Peradaban Atlantis Nusantara' yang telah dibedah di Auditorium Nurcholis Madjid, Kampus Paramadina, Jakarta, Kamis (28/7/2011).
Berawal dari kegelisahan intelektual-spiritual yang mempertanyakan jati diri bangsa Indonesia mengantarkan Ahmad Yanuana Samantho bertemu dengan berbagai pemikiran filosofis dan sumber informasi tentang sejarah peradaban awal umat manusia di Atlantis yang berasal dari Filosof Yunani abad ke IV SM, Plato.
Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar di seberang pilar-pilar Herkules dan memiliki angkatan laut yang telah menaklukkan Eropa Barat dan Afrika 9000 tahun sebelum zaman Solon. Namun, Atlantis akhirnya tenggelam ke dalam samudra hanya dalam waktu satu hari satu malam.
Dalam bukunya, Timaeus dan Critias, Plato menyatakan puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak diikuti gempa bumi yang amat dahsyat serta pencairan es dunia yang menyebabkan banjir besar. Peristiwa itulah yang mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian yang tenggelam itulah yang disebutnya benua yang hilang atau The Lost Atlantik.
"Yang lebih menakjubkan lagi, saya membaca buku karya Arysia Nunes des Santos yang menyimpulkan bahwa Indonesia adalah lokasi benua Atlantis yang hilang itu," katanya.
Dalam bukunya yang berjudul Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato's Lost Civilitation, Santos menampilkan 33 perbandingan ciri-ciri dari 12 lokasi di muka bumi yang diduga para sarjana lain sebagai situs Atlantis seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, kekuatan maritim, cara bertani dan lain-lain. Akhirnya Santos menyimpulkan bahwa Atalntis itu adalah Indonesia sekarang.
Oleh karenanya, penulisan buku ini, imbuh Ahmas Samantho terinspirasi oleh situasi yang membawa siapa saja masuk dalam krisis dimensional yang memaksa harus mengikuti peradaban barat yang merusak peradaban lokal.
"Sehingga ini merupakan tugas kita untuk melakukan derekontruksi untuk membangun kembali. Dari buku ini diharapkan bisa membuat rekonstruksi melalui agama-agama yang tidak diartikan secara sempit. Mimpi saya adalah membangun kembali peradaban di nusantara," ujarnya.
Lalu, adakah hubungan Atlantis di Nusantara dengan Kerajaan Kandis di Riau? Adakah hubungan Kandis dengan mitos setempat tentang adanya kaum 'siluman roh harimau' yang konon berkhidmat kepada para pimpinan bangsa Atlantis? Adakah Atlantis itu peradaban. Yang dibangun Nabi Adam, dilanjutkan Nabi Idris (Hermes Trimegistus), Nabi Nuh dan Nabi Sulaiman. Adakah semua itu terkait dengan kearifan abadi berbagai agama dan tradisi dunia?.
Dengan pertanyaan tersebut, ia mengaku telah menemukan benang merah yang sama tentang sumber akar ketuhanan yang sama dari Hindu, Budha, Zoroaster, Yahudi, Konfusianisme-Taoisme, Kristen-Nasrani, Islam bahkan filsata-ideologi Pancasila.
"Kenyataan bahwa sebuah peradaban besar pernah mengambil tempat di bumi Nusantara kini bukan hanya cerita belaka. Berbagai penemuan spektakuler dan mencengangkan terbaru, diungkap dalam buku ini," tuturnya.
Hal senada juga disampaikan oleh lulusan S2 ITB, Oman Abdurahman yang menyatakan adalah tugas pemerintah untuk membaca buku ini guna mengambil hikmah dalam mengambil kebijakan.
Ia mengatakan, tujuan pembuatan buku ini adalah untuk menggali kekayaan Nusantara.
"Saya dulu aktivis islam dan sempat dituduh terlibat NII oleh polisi. Tapi setelah saya diminta memaparkan tentang Pancasila, akhirnya mereka yakin bahwa saya sangat pancasilais," ungkapnya.
#Tribunnews.com
So, bagi yang berminat mari kita tela'ah lebih dalam lagi sahabat inspirator. Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-36951628731634329612015-06-18T06:16:00.001-07:002015-06-18T06:16:30.446-07:00Kode Rahasia Blackberry Lengkap1. Cek BlackBerry Locked or Unlocked
- Buka Options – Advanced Options – Sim Card – ketik “MEPD”
- Nanti bakal muncul tuh baris2 baru ….
- Nah BlackBerry yang udah unlocked, bakal berstatus “Disabled” semua
2. Cek BlackBerry kena IT Policy ato tidak … Baru or Second?
- Buka Options – Status – ketik “BUYR”
- Perhatikan baris “Data Usage” dan “Voice Usage”
- Kalo kena IT Policy, tulisannya bakal ada “IT Policy”
- Kalo gak kena IT Policy, tulisannya bakal menunjukkan jumlah pemakaian si BlackBerry
- Kalo New harusnya sih 0 semua, tapi angka ini bisa direset koq ternyata
3. Akses Informasi PIN – IMEI – VendorID – FreeMem – Versi OS – etc
Dari Menu Icon, bisa pencet tombol “ALT” – “NUM / Aa / Cap” – “H” bersamaan …
Atau bisa ke Options – Status
4. Restart BlackBerry kalau Hang
Pencet tombol “ALT” – “Cap / Aa yang sebelah Kanan” – “DEL” bersamaan
5. Memory BlackBerry mulai menipis
- Bisa restart BB pake cara no. 4
- Tapi kalo mau lebih fresh banget, cabut baterai BB selama 1 menitan … trus pasang lagi
6. Setting Alert untuk masing2 email / SMS / YM / Facebook … dll
- Pilih icon “Profiles”, scroll ke bawah banget sampe ketemu “Advanced…” diklik, pilih Profile yang mau diedit…
- Contoh: Messages [Yahoo]
- Perhatikan bagian atas “Out of Holster” mau dibikin apa ? None / Vibrate / Tone / Vibrate + Tone
Maksudnya kalo handphone lagi gak disimpen di Holster/Pouch … nantinya mau gimana alert buat si Yahoo.
- Abis itu Pilih jenis Ringtone nya
- Nah jangan lupa ATUR bagian Volume … jangan sampe udah pilih Tone, tapi Volumenya masih Mute, sama aja BoDonk
- Nah abis itu bisa atur bagian “In Holster” … maksudnya selama di Pouch/Holster, alertnya mo kayak gimana …
Biasanya sih kalo Out Of Holster cuman bunyi tanpa getar atau volume Low / Medium … nah bagian In Holster nya ta’ bikin getar + Volume High
Ingat Pengaturan ini per email Account ya!
7. Memisahkan SMS dengan Email
- Buka icon “Messages”
- klik Menu dan Pilih Options – General Options
- Perhatikan bagian “SMS and email Inboxes” … pilih Separate
8. Menampilkan Inbox lebih menarik
- Buka icon “Messages”
- klik Menu dan pilih Options – General Options
- Display Order “Name, Subject”
- Display Message Header On “2 lines”
- Separators “Stripes”
- Keep Messages “15 days” ——-> Biar irit memory
9. Shortcut bernavigasi di email
- “N” – untuk next email (berurutan)
- “P” – untuk previous email (berurutan)
- “U” – untuk next unread email (bakal nyari kalo udah diujung akhir dan masih ada sisa)
10. Shortcut bernavigasi di content email or Browser
- “T” untuk ke paling atas (TOP)
- “B” untuk ke paling bawah (BOTTOM)
- [space] untuk scroll ke bawah … mirip page down
- [shift/num/Aa kiri] + [space] untuk scroll ke atas atau page up
- menampilkan menu pilihan di browser, tekan tombol [alt]
- memilih menu terkadang [space], [enter] atau tekan scroll wheel / ball nya
11. Apabila dibilang ada email / Message yang belum dibaca, pdhl dicari2 udah gak ada ato diapus … coba buka di Folder Saved Messages … kalo misalkan masih gak ketemu juga … coba restart Blackberry nya … (tips no 4)
12. Umur batere Blackberry tergantung oleh:
- kekuatan sinyal operator, makin bagus en stabil … berarti makin irit
- traffic data yg lewat … makin banyak makin cepet abis
- setting alert di henpon … semakin minim, semakin irit, antara lain:
* vibrate … bikin lebih boros
* volume … semakin kecil, semakin irit
* led indikator … gak terlalu ngefek tapi kalo dimatiin bisa lebih irit
- setting brightness tampilan, semakin terang semakin boros
- aktivitas kita dalam memainkan si BlackBerry, semakin sering kita ngetik dan mengoperasikan BlackBerry, baterai akan makin kesedot abis. Akan berasa lebih awet umurnya, jika BlackBerry kita biarkan standby saja selama berjam2.
13. Beberapa Icon email tidak Muncul
Kemungkinan hal ini disebabkan BlackBerry baru saja di wipe atau install ulang atau diupgrade.
Cara mengembalikannya ? Login ke web http://operator.blackberry.com … lalu pilih “Service Books” … lalu klik tombol “Send Service Books”
Tunggu beberapa saat … nanti icon2 email itu akan kembali
14. Problem Koneksi
Perhatikan tulisan GPRS / EDGE / GSM pada layar BlackBerry yang biasa nya sebelahan dengan indikator sinyal… huruf besar kecil ada artinya …
GSM: artinya BlackBerry baru bisa digunakan sebagai BlackBerry saja, call dan SMS.
gprs / edge (huruf kecil): artinya BlackBerry sudah mendapatkan sinyal untuk data (gprs/edge) tetapi belum dapat digunakan sebagai koneksi data BlackBerry.
GPRS / EDGE (huruf besar): artinya BlackBerry sudah dapat digunakan sebagai mana mustinya …
15. Men-Setting Agar Bisa Langsung Call Tanpa +62 dulu … alias bisa 021 xxx atau 08 xxxx
Pencet tombol hijau untuk Dial, lalu klik Menu … pilih Options … pilih Smart Dialing … lalu ke Country Code dan pilih “+62″Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-59765081502945826082015-06-15T17:35:00.002-07:002015-06-15T17:35:36.874-07:00Apa itu ISIS? Fakta, Sejarah Dan LainnyaISIS adalah kependekan dari The Islamic State of Iraq and Syria (Bahasa Indonesia: Negara Islam Iraq dan Syria); yaitu kelompok militan yang dibentuk pada 9 April 2013 dan dipimpin oleh seorang Abu Bakar al-Baghdadi. Tujuan utama dibentuknya ISIS adalah untuk mendirikan Daula Islam (DI) di Iraq dan Syria. Adapun target serangannya adalah kelompok minoritas etnis Yazidi, Kristen, Syi’ah, dan siapapun yang dianggap tidak sejalan dengannya.
ISIS pernah menyatakan diri bergabung dengan Front Al Nusra, yang merupakan satu-satunya kelompok militan Islam di Syria yang berafiliasi langsung dengan al-Qaidah. Akan tetapi hubungan ini hanya berlangsung sampai pada tahun 2014. Karena dianggap sudah tidak sejalan dengan misi al-Qaidah, maka ISIS dinyatakan bukan lagi sebagai bagian dari Front Al Nusra, yang pada akhirnya kedua kelompok militan radikal tersebut terlibat peperangan untuk memperebutkan Abua Kamal diwilayah timur Syria yang sebelumnya telah berhasil diduduki ISIS.
Pada 9 April 2013, dibawah kepemimpinan Abu Bakar al-Baghdadi, ISIS memproklamasikan Negara Islam diatas wilayah seluas 400.000 KM yang meliputi Iraq dan Syria, dengan Raqqah sebagai ibu kotanya. Itu artinya, wilayah yang telah berhasil diduduki ISIS tersebut jauh lebih besar ketimbang negara lain disekitarnya, seperti Libanon dan Yaman. Tidak lama setelah itu, ISIS berganti nama menjadi Daulah Islamiyah atau Negara Islam.
Pada bulan Juli di tahun yang sama, ISIS juga berhasil memperluas kekuasaannya dengan menduduki kota Mosul, yang merupakan kota terbesar kedua di Iraq yang dihuni oleh minoritas etnis Yazidi dan Kristen. Akibatnya, ribuan etnis Yazidi dan penganut Kristen berbondong-bondong menyelamatkan diri dari kejaran ISIS. Beberapa diantara mereka berhasil ditangkap dan diculik ISIS, dan sebagian lagi bersembunyi disekitar gunung Sinjar di wilayah utara Iraq.
Militan ISIS terus bergerak maju dan mengancam wilayah Arbil, yang merupakan ibu kota wilayah otonomi Kurdi. Diwilayah tersebut, terdapat pula konsulat Amerika Serikat beserta sejumlah fasilitas diplomatik AS lainnya. Peristiwa ini kemudian memicu serangan udara militer AS terhadap militan ISIS pada Agustus 08 2014 guna melindungi konsulat dan fasilitas milik AS diwilayah tersebut. Atas serangan udara tersebut, militer AS berhasil menghancurkan truk bersenjata dan kendaraan lapis baja milik tentara ISIS yang digunakan untuk menembaki pasukan Kurdi.Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-50553341369304903382015-06-12T19:08:00.000-07:002015-06-12T19:08:56.126-07:00Rezeki ku dan janjikuTerawali pagi dengan wajah lusuh tatkala beranjak dri pulau mimpi,
Menyegarkannya dg air mantra wudhu dan menyiapkan diri mnjmput rezeki,
Yaa, rezeki,,
Sesuatu yg sllu dipanjatkan untuk dipermudah dan dilancarkan menggapainya,
Bgtu pun aku, mnyimpan asa untuk menjmputmu kelak dri rezeki yg cba ku kais oleh jari2 tangan kecil ini, hanya untuk menjmputmu dan melengkapi janjiku padamu,,
Seperti nasehat seorang kawan dijum'at ini "seorang lelaki perkataan itu mutlak, dan harus mampu dipertanggung jwabkan dan ditepati"Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-65073560135638376412015-06-11T03:56:00.000-07:002015-06-11T03:56:03.069-07:00Aku, waktu, dan jarakDalam lamunan terkadang aku ingin menghardikmu wahai sang waktu yg tak pernah memberikan ku waktu yg lama untuk bisa bersama orang yg kucintai, begitupun engkau hai sang jarak,
Tahukah engkau, aku iri kepada mereka yg kau berikan waktu lebih lama untuk bisa bersama orng yg mereka cintai, mengapa kau bedakan aku dengan mereka? Kenapa selalu kau berikan aku jarak yg teramat jauh dengan seseorang yg kucintai?
Sang waktu pun menjawab,
Haii sobat, janganlah engkau mengeluh, coba lihat lah apa yg sudah kau berikan kepada orng yg kau cintai dalam wkt yg singkat itu, cinta, tawa, suka, duka, dan air mata sudah pernah kau berikan semua, cinta itu bukan seberapa lama dan seberapa jauh kita bersama pasangan kita, tapi bagaimana arti kita untuknya, untuk apa kau selalu bersama bila hanya rasa perih yg bisa kau beri?
Sang jarak pun melengkapi,
Ayolah kawan, cinta itu tak mengharuskan kita untuk selalu dekat, tapi yg cinta itu butuhkan adalah sebuah kepercayaan dan kesetiaan, untuk apa kau selalu dekat bila kau tak pernah percaya dan setia kepadanya?
Tersenyumlah kawan, dibalik itu semua waktumu jauh lebih berharga.
:)Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-39996792703754609422015-06-11T03:53:00.002-07:002015-06-11T03:53:44.775-07:00Catatan Kosong Untuk Hati yg KosongBenci? Tidak. Saya sayang dia. Menjauh pun rasanya tak sanggup. Tapi saya tahu, makin lama, makin cinta, makin mendalam, makin menyakitkan.
Sedih? Tentu. Saya tak bisa mengobrol dengan nya lagi. Tak tahu kabarnya lagi. Dan tak bisa bertemu dengan nya lagi.
Lega? Iya. Menjaga jarak itu penting saat saya tahu bukan saya yg dia mau. Memutuskan pergi saat sudah sejauh ini ya berat. Tapi harus.
Meletakkan telapak tangan ini didada menekannya kuat, dan berkata "wahai hati yg kosong, sabarlah sesaat lagi akan ada hati yg luas yg menutupi ruang kosong itu"Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-57737109688811559802011-07-28T23:33:00.001-07:002011-07-28T23:33:38.814-07:00Beijing Consensus : Mengapa Tidak ?Ramai-ramai mengritik “Washington Consensus”, mengapa kita tidak saja memilih “Beijing Consensus”? Sebabnya jelas. “Washington Consensus” – sebagaimana dirumuskan oleh John Williamson – sebetulnya bukanlah konsep untuk pembangunan. Ia adalah konsep yang ditemukan oleh para bankir agar negara pengutang di Amerika Latin membayar utangnya tepat waktu. Cuma, herannya IMF maupun World Bank bersemangat memasarkan “Washington Consensus” ke seluruh dunia, seakan obat mujarab. Yang lebih mengherankan adalah bahwa konsep yang tidak dirancang untuk pembangunan, dipakai oleh IMF dan World Bank di mana-mana di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sebagai resep pembangunan. Tentu saja kebodohan ini harus dibayar amat mahal.<br />
<br />
<br />
Meraba-raba batu<br />
<br />
Cina tidak pernah tergiur dengan “Washington Consensus.” Ia mencoba mencari jalan sendiri, menurut istilah Deng Xiaoping, “meraba-raba batu, menyeberangi sungai” (mozhe shitou, guo he). Cina memang tidak memberinya nama “Beijing Consensus.” Adalah Joshua Coper Ramo dari The Foreign Policy Centre, Inggris, yang menciptakan istilah itu. Nama itu baru muncul pada saat Ramo merumuskannya, pada tahun 2004. Sekali lagi, istilah ini tidak diciptakan oleh pemimpin Cina, melainkan oleh orang luar Cina yang mengagumi apa yang terjadi di Cina.<br />
<br />
Bagaimana Cina bisa sampai kepada konsep itu, sulit dilacak karena Cina tidak mempunyai cetak biru pada awalnya. Di antara para pemimpin tertinggi waktu itu malah terjadi pertikaian, diiringi dengan gejolak sosial yang luar biasa. Masing-masing faksi menyatakan bahwa pendapatnya saja yang benar. Di dalam masyarakat muncul demonstrasi dan protes, yang kemudian meledak menjadi “Peristiwa Tian’anmen” pada tahun 1989. Pada saat itu masing-masing faksi saling tuding, dan setelah terjadi peristiwa berdarah itu pemimpin Cina bahkan pernah sampai pada kesimpulan untuk menghentikan reformasi.<br />
<br />
Ketika Deng Xiaoping mendobrak dengan pidato-pidatonya selama perjalanannya di Cina selatan pada awal tahun 1992, dia sebenarnya juga tidak mempunyai rencana yang sudah jelas. Satu-satunya yang jelas adalah bahwa Cina harus mencapai taraf xiaokang (hidup pantas) yang diukur dengan angka USD 1000 per kapita pada tahun 2000. Jiang Zemin dan Zhu Rongji berusaha keras menerjemahkan garis besar ini menjadi kebijakan-kebijakan.<br />
<br />
<br />
Memajukan warga negara<br />
<br />
“Beijing Consensus” berbeda dari “Washington Consensus”: kalau yang disebut terakhir ini bertitik tolak dari kepentingan para bankir, maka yang pertama dari keprihatinan akan warganegara. Pemimpin Cina berusaha untuk memajukan warga negaranya yang masih ketinggalan dalam hal pembangunan. Hu Jintao melontarkan rumus: “tiga dekat” (san ge tiejin), dekat dengan realitas, dekat dengan rakyat dan dekat dengan kehidupan. Memang akan terjadi kegoncangan dalam proses mengejar ketinggalan ini, mungkin juga terjadi instabilitas. Tugas pemerintah adalah menahan goncangan ini dan tetap menjaga stabilitas. Termasuk di sini adalah stabilitas kekuasaan Partai Komunis Cina.<br />
<br />
Ini tidak berarti bahwa tidak dibuka kemungkinan inisiatif dan kreativitas “dari bawah.” Pemimpin Cina telah mempelajari bagaimana partai tunggal gagal satu demi satu (KMT di Taiwan dan PRI di Mexico), dan tiba pada kesimpulan bahwa harus ada keseimbangan antara pembatasan-pembatasan dan inisiatif individu. Maka sistem pasar tidak dinafikan, tetapi kecenderungan sistem pasar yang mengarah kepada chaos harus dikendalikan secara cermat. Walaupun di Cina di banyak aspek nampak seperti negara kapitalis, tetapi masih menemukan “jejak-jejak” peran negara.<br />
<br />
Hal ini berlaku juga bagaimana Cina menyambut globalisasi. Sudah sejak awal reformasinya Cina mengumumkan “keterbukaan” (kaifang), sebuah rumus yang mencerminkan keberanian Cina untuk memasuki globalisasi. Maka masuklah aktor-aktor global ke Cina, dari IMF dan World Bank, juga WTO, sampai semua MNC raksasa. Cina dilanda “Crazy English”, anak-anak sampai orang dewasa ingin mencapai skor 600 dalam TOEFL. Mode pakaian paling mutakhir dan arsitektur Barat di garda depan, semua mendapat sambutan hangat di Cina. Meski demikian, Cina tidak kehilangan kebudayaan dan peradaban Cina yang telah berumur ribuan tahun itu. “Washington Consensus” yang bertujuan menyeragamkan seluruh dunia dalam satu rumus, ditepis oleh Cina. Jangan terkejut kalau Cina menghasilkan rumus: sosialisme dengan ciri khas Cina (you zhongguo tese de shehuizhuyi). Atau yang lebih spektakuler: ekonomi pasar sosialis (shehuizhuyi shichang jingji).<br />
<br />
<br />
Kombinasi baru<br />
<br />
Dengan demikian kita dapatkan beberapa kombinasi yang belum pernah ada: pasar bebas memang, tapi masih ada intervensi negara, perdagangan bebas juga, tetapi masih ada negara, privatisasi perusahaan negara tentu saja, tapi mempertahankan beberapa yang besar, investor asing diundang, tapi jangan masuk terlalu dalam, globalisasi OK, tapi tidak total. Di bidang politik Partai Komunis Cina masih berdiri di atas semua, tapi memberi ruang bergerak bagi warga negara mendekati 100%. Dan sebagainya. Dalam “meraba-raba batu,” Cina menemukan jalannya ke seberang dengan hasil yang spektakuler.<br />
<br />
Memang orang mencoba memaksakan “Beijing Consensus” dalam kerangka perdebatan klasik antara “kapitalisme” dan “sosialisme.” Atau, mau memasukkan dalam kerangka “Keynesianism” atau “Third Way.” Tapi orang segera menemukan bahwa usaha itu tidak mungkin dan harus mengakui “Beijing Consensus” adalah sesuatu yang sama sekali baru. Yang sudah kandas dengan kerangka lama, mengapa tidak menoleh ke “Beijing Consensus”?<br />
<br />
<b>Sumber: http://forum.detik.com/kemajuan-china-t191567p81.html<br />
“Kompas” 9 Oktober 2006, hlm. 7.<br />
</b>Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-5405097184664375082011-07-28T23:22:00.000-07:002011-07-28T23:22:40.246-07:00Demokrasi Model ChinaSebuah bangsa yang multietnis dengan penduduk lebih dari 1,2 miliar, jika tidak memiliki kepemimpinan yang kuat, akan buyar bagaikan gundukan pasir ketika diterpa gelombang modernisasi. Demikian pernyataan Presiden China Jiang Zemin dalam wawancara dengan New York Times (2001). Menjawab kritik bahwa China antidemokrasi, dia mengutip pendapat Lincoln bahwa inti demokrasi adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pemerintah China sangat peduli menyejahterakan rakyat.<br />
<br />
Rupanya batasan mengenai rakyat antara masyarakat Barat dan China memiliki perbedaan konsep dan aplikasi. Mike Wallace dari televisi CBS pada September 2000 mempertanyakan soal ini kepada Jiang Zemin. ”Mengapa masyarakat Amerika bisa memilih pemimpin nasional mereka, tetapi Anda tampaknya tidak memercayai rakyat China memilih pemimpin nasional Anda?” Jawab Jiang seperti diungkapkan kembali oleh John Naisbitt dan Doris dalam China’s Megatrends (2010), ”Saya juga pemimpin terpilih meski kita memiliki sistem pemilu yang berbeda.”<br />
<br />
Jika aktor utama demokrasi adalah rakyat dan tujuan akhir adalah melayani rakyat, maka para elite politik China dapat membanggakan diri bahwa modernisasi China yang dimulai sejak tahun 1978 secara sangat menakjubkan telah berbuat sangat banyak untuk memakmurkan rakyatnya. Dalam jargon ilmu sosial, sistem politik dan ekonomi China saat ini sering disebut sebagai kapitalisme China atau ekonomi pasar sosialis atau ”sosialisme dengan karakter China”.<br />
<br />
Dengan ungkapan lain, sekarang tengah berlangsung pergeseran dari perekonomian terencana ke ekonomi pasar yang merupakan ciri masyarakat kapitalis. Dengan pergeseran ini, ruang publik semakin luas dan sesungguhnya bangsa China juga dikenal sebagai bangsa pedagang yang dekat dengan tradisi kapitalisme.<br />
<br />
Deng Xiaoping yang dikenal sebagai ”bapak China modern” telah membalikkan paradigma Mao yang ideologis-utopis menjadi empiris-pragmatik. Deng terkenal dengan ucapannya bahwa warna kucing tidak penting—apakah putih ataukah hitam—yang paling pokok adalah dia bisa menangkap tikus. Sikap pragmatik ini juga sangat dirasakan dalam kebijakan dan komunikasi politik yang berusaha mengombinasikan kebijakan top-down dan bottom-up. Pemerintah dan negara tetap kuat mengendalikan politik dan kebijakan ekonomi, tetapi dalam waktu yang sama pemerintah mendorong desentralisasi sehingga rakyat memiliki peluang partisipasi dalam menentukan arah pembangunan serta terjadi kompetisi antarprovinsi.<br />
<br />
Masyarakat pembelajar<br />
<br />
Sekarang ini membicarakan politik dan ekonomi dunia tidak bisa melepaskan pembahasan tentang China. Menurut Naisbitt, dengan merujuk pendapat Francis Fukuyama, The End of History (1992), AS memandang dirinya sudah menjadi bangsa dan negara yang ideal dalam mengembangkan konsep demokrasi dan humanisme dalam sejarah kemanusiaan. Dia lalu bertindak sebagai polisi dan guru dunia dengan mempromosikan missionary thinking kepada negara-negara lain. Oleh karena itu, politik luar negeri AS sangat impresif dan agresif.<br />
<br />
Masyarakat China lebih memilih sebagai masyarakat pembelajar. Mereka belajar dari kegagalan Uni Soviet dalam mempraktikkan ajaran Marxisme-Leninisme dan keberhasilan Barat dalam mewujudkan ideologi kapitalisme, lalu semua itu diadaptasikan kepada sejarah dan tradisi China. Meminjam istilah Naisbitt, dari delapan pilar mewujudkan masyarakat China baru dan modern, pilar pertama yang dilakukan Deng Xiaoping adalah emansipasi cara berpikir.<br />
<br />
Pembebasan dan perubahan cara berpikir dan mentalitas warisan Mao yang terbelenggu ideologi komunisme yang ekslusif-konservatif menjadi inklusif dan terbuka. Jadi kaya itu tidak dosa, kata Deng. Sekarang sudah berkembang lagi menjadi kaya ternyata enak dan disegani dunia sehingga China juga dikenal sebagai kapitalisme yang didukung negara.<br />
<br />
Ketika Hongkong dikembalikan Inggris ke tangan China (1997), dunia khawatir iklim demokrasi, wirausaha, dan penegakan hukum yang telah begitu kuat akan pudar hanyut ke dalam sistem sosialisme-komunisme. Namun, yang terjadi justru sebaliknya: berlangsung proses yang amat cepat ”hongkongisasi” China daratan. Hongkong jadi model masa depan bagi seluruh bangsa China yang dibesarkan dalam inkubator kapitalisme, kebebasan berusaha, penegakan hukum, dan kebebasan serta ekspresi pribadi sebagaimana budaya Inggris.<br />
<br />
Proses demokratisasi di China rupanya mengambil jalannya sendiri, tidak dilakukan secara gegabah meniru Barat. Negara tetap memegang kendali secara solid, tetapi ruang gerak masyarakat untuk berusaha justru didorong dengan kebijakan desentralisasi daerah. Individu dan masyarakat didorong untuk mengembangkan ”ekonomi inovatif”. Mesin produktivitas China saat ini adalah buruh yang murah, inovasi, dan menggeliatnya kapitalisme dengan pangsa pasar yang sangat besar. Tidak mengherankan bahwa China juga dikenal sebagai tukang bajak kekayaan intelektual terbesar di dunia.<br />
<br />
Meski mendatangkan keuntungan besar, barang bajakan dan tiruan akan mengancam China kalau dunia kehilangan kepercayaan. Dunia pun sekarang tengah berspekulasi, ke mana arah kemajuan China, apakah akan mengancam negara lain atau mendorong kemakmuran dan perdamaian dunia. Di dalam negeri sedikitnya masih terdapat sekitar 300 juta petani miskin, sebanyak warga AS. Ini mesti diperhatikan agar tak menjadi bom waktu. Namun, perlu diakui, dalam tiga dekade terakhir China mampu mengentaskan penduduk miskin sedikitnya 400 juta.<br />
<br />
Hubungan demokrasi dan ekonomi inovatif sangat erat. Inovasi sebagai buah pikiran bebas, kreatif, dan berisiko selalu dilakukan oleh individu-individu yang hidup dalam alam demokrasi. Inovator semacam Bill Gates dapat muncul karena iklim kebebasan yang ada di AS. Akan tetapi, bangsa China sangat sadar, jika kekebasan dibuka sedemikian lebar seperti di AS, negara itu bisa buyar seperti pengalaman Uni Soviet dan Yugoslavia. Belajar dari negara tetangganya yang sama-sama menganut ideologi sosialisme-komunisme yang ternyata berakhir dengan kegagalan, China mengembangkan konsep demokrasi yang berakar pada sejarah dan tradisi sendiri.<br />
<br />
Ke depan, bangsa yang miskin inovasi pasti akan kalah dalam persaingan global. Inovasi akan berkembang apabila pendidikan sebuah bangsa berkualitas, riset maju, dan iklim kebebasan terlindungi sehingga pada urutannya akan menciptakan banyak lapangan kerja dengan produk kompetitif dalam pasar global.<br />
<br />
<br />
Oleh: Komaruddin HidayatDeni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-72613877423780073272011-07-12T23:36:00.000-07:002011-07-12T23:36:00.405-07:00MELAWAN DOMINASI BAHASA INGGRIS, MUNGKINKAH?“Will the English-dominated Internet spell the end of other tongues?”. Begitu tulis Jim Erickson dalam artikel “Cyberspeak: the Death of Diversity”, di Asianweek, 3 Juli 1998. <br />
Dominasi bahasa Inggris di internet memang telah menebarkan kecemasan. Nasib ribuan bahasa di dunia terancam. Tak urung, mantan Presiden Perancis Jacques Chirac, dikutip The Economist, 21 Desember 2006, menyebutnya “a major risk for humanity”, musibah besar bagi kemanusiaan. <br />
Ranka Bjeljac-Babic (2000) lewat artikel “6,000 Languages: An Embattled Heritage” juga mengingatkan bahwa arah menuju penghomogenan bahasa sudah makin terasakan saat ini lewat penyebaran informasi secara elektronis dan sejumlah aspek globalisasi yang lain. <br />
Pertanyaan Erickson, pernyataan Chirac, dan peringatan Bjeljac-Babic boleh jadi mewakili kecemasan sebagian besar masyarakat dunia tentang dominasi bahasa Inggris. <br />
Situasi Indonesia <br />
Di Indonesia kecemasan menyeruak jauh sebelum internet hadir. Sejak tahun 1970-an kecemasan telah terasa seiring dengan gencarnya pengajaran dan makin luasnya pemakaian bahasa Inggris yang terkesan berlebihan. Di pihak lain, bahasa Indonesia belum sepenuhnya mampu menjadi bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Enam ratusan bahasa daerah juga perlu dipikirkan nasibnya. Melalui Praseminar Politik Bahasa Nasional 29-31 Oktober 1974 dan Seminar Politik Bahasa Nasional 25-28 Februari 1975, dihasilkan kerangka dasar “kebijaksanaan bahasa nasional” yang mencakup bidang kebahasaan dan kesastraan. <br />
Sekarang, lebih dari tiga dekade berselang, pemakaian bahasa Inggris makin meluas, terutama di kota-kota. Ruang-ruang publik telah menjadi rimba iklan, penuh tebaran kata-kata “Engdonesia”. Papan-papan nama dan petunjuk juga demikian, sekalipun terkadang konyol. Bukti termutakhir adalah penyebutan “armada bus” transjakarta dengan bus-way (“jalur bus”). Jadilah frase jalur bus-way dengan unsur jalur dan way yang sebenarnya bermakna sama. Bila kereta yang berjalan di atas monorail (rel tunggal) telah beroperasi, bisa jadi kita segera menambah kekonyolan baru dengan mengatakan, “Ayo naik monorail!” <br />
Andre Moeler (Kompas, 4/12/2004) melukiskan bagaimana pelayan hotel di Indonesia menggunakan begitu banyak kata bahasa Inggris kepada tamu Indonesia: “Bayarnya cash atau pake card? Ada voucher untuk welcome drink dekat pool. Ibu bisa facial di beauty salon, dekat river view. Bisa rental VCD lagi di shopping centre sambil refreshing pada grand opening supermarket baru. Di sini kita pake reason ketimbang feeling dan fear, right? Kalau mau check- out, perlihatkan identity card”. <br />
Selain sang tamu tidak memerlukan kata-kata itu, padanannya dalam bahasa Indonesia juga tersedia. Di berbagai negara berkembang—termasuk Indonesia—dominasi makin menjadi-jadi akibat bahasa Inggris dipandang lebih bergengsi. <br />
Beberapa kecemasan <br />
Mengapa dominasi bahasa Inggris perlu dicemaskan? Karena berbahasa tidak hanya perkara mengatakan kepada orang lain sesuatu hal dengan sebuah lambang verbal. Berbahasa adalah berpikir, bahasa adalah pikiran. Bahasa bukanlah entitas otonom, tetapi merepresentasikan pengalaman manusia atas dunia. Itulah yang disebut Halliday (1978) sebagai fungsi ideasional bahasa. <br />
Bahasa apa pun menyediakan perangkat berpikir yang khas. Dengan bahasanya, setiap masyarakat bahasa (language community) mengungkapkan cara berpikir yang unik, otentik, dan mungkin sangat renik. <br />
Bahasa berkaitan pula dengan kebudayaan seperti dihipotesiskan Sapir dan Whorf. Bahasa merupakan cara pandang manusia atas dunia (world-view) secara kolektif-kultural. Atau, menurut Saussure (1916), bahasa (langue) merupakan fakta sosial yang mengatur dan mengendalai perilaku masyarakat. <br />
Karena itu, dominasi bahasa Inggris dalam internet dan apa pun layak dipahami sebagai penyeragaman cara berpikir dan cara memandang dunia. Kekayaan perspektif kultural yang unik, otentik, dan renik bakal terkubur. Keberagaman (diversity) digantikan keseragaman (uniformity). Demikianlah kecemasan Erickson, Chirac, dan Bjeljac-Babic gayut-berpaut. <br />
Kecemasan mereka sebenarnya tidak berhenti sebagai keresahan kultural, tetapi juga politis. Aspek politis dominasi sebuah bahasa atas bahasa-bahasa lain menyangkut hak bahasa dan nasionalisme. <br />
Hak bahasa merupakan kesempatan hidup sebuah atau beberapa bahasa dalam masyarakat multilingual. Hak bahasa berwujud kedudukan dan fungsi yang diberikan oleh masyarakat kepada sebuah atau beberapa bahasa. Dominasi bahasa secara jujur menunjukkan sikap mengistimewakan sebuah bahasa sambil menyisihkan yang lain. <br />
Dominasi bahasa Inggris menarik dilihat dengan kacamata Bakhtin (1986) dan Volosinov (1975). Menurut mereka, setiap penggunaan bahasa bersifat ideologis. Tanda-tanda kebahasaan merupakan ranah perjuangan kepentingan. Dengan pandangan itu, tidak terbantah bahwa bahasa Inggris merupakan perangkat ideologis globalisasi. <br />
Memfungsikan sebuah bahasa secara dominan melebihi yang lain mencerminkan pula kesetiaan bahasa (language loyalty). Kesetiaan terhadap bahasa nasional dan bahasa negara merupakan wujud nasionalisme. Namun, kesetiaan pada bahasa lain—apalagi bahasa asing—dapat ditafsirkan sebaliknya. Dominasi bahasa asing di sebuah negara menjadi salah satu bukti runtuhnya nasionalisme. <br />
Mungkinkah melawan? <br />
Globalisasi makin melumrahkan perjumpaan antarmanusia dalam pergaulan antarbudaya. Kontak bahasa dan persaingan bahasa pun tidak terhindarkan. Di satu pihak, bahasa Inggris memenangkan persaingan dan mendominasi bahasa-bahasa lain. Di pihak lain, begitu banyak bahasa tersingkir dan terpinggirkan. Bahasa-bahasa dengan jumlah penutur sedikit—apalagi tanpa kesetiaan bahasa—sungguh terancam kepunahan. <br />
Dalam konteks Indonesia, mungkinkah melawan dominasi bahasa Inggris? Jika pengertiannya “menghentikan”, agaknya mustahil, dan memang tak perlu. Namun, jika dimaksudkan untuk menyelamatkan bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa Nusantara, jawabnya: mungkin, bahkan sangat mungkin! <br />
Tentu saja diperlukan langkah politis semacam “Politik Bahasa Nasional” tahun 1975. Kebijakan itu termasuk merumuskan (kembali) kedudukan dan fungsi berbagai bahasa demi menciptakan keseimbangan baru antara bahasa Indonesia, bahasa-bahasa Nusantara, dan bahasa-bahasa asing (terutama bahasa Inggris). Di dalamnya tercakup bagaimana bahasa-bahasa tersebut diajarkan dan dijadikan bahasa pengantar di lembaga pendidikan. UU Kebahasaan diharapkan bisa menjadi jawaban. <br />
Tak kalah penting ialah pemanfaatan internet dan teknologi informasi—termasuk handphone—untuk pelestarian bahasa-bahasa daerah, terutama yang penuturnya minim dan tidak memiliki tradisi tulis. Alih-alih menebarkan kematian, internet (dan teknologi informasi) justru menjadi malaikat yang mengembuskan napas kehidupan bagi bahasa-bahasa Nusantara yang sekarat. Gagasan ini tidak sulit dilaksanakan. Internet (dan handphone) dapat diperankan untuk membangkitkan dan merekam penggunaan bahasa-bahasa Nusantara. <br />
Bukankah John Naisbitt (1994) mengisyaratkan, selalu hadir paradoks global? Internet dan dominasi bahasa Inggris pasti memiliki paradoksnya. Dalam paradoks itulah tersedia ruang hidup bahasa-bahasa lain. <br />
<br />
Sumber: P. Ari Subagyo Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Kandidat Doktor di FIB UGMDeni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-73802555347669348682011-07-08T23:12:00.000-07:002011-07-08T23:12:10.772-07:00Amerika Serikat Bukan Peradaban TerakhirPeradaban itu hidup dan akan selalu berpindah-pindah….<br />
<br />
Peradaban manusia berkembang dan akan terus berkembang selalu, berubah, berpindah dan akan terus selalu berpindah. Perang Dunia I berakhir, disambung Perang Dunia II. Dengan segala kelapangannya, kubu-kubu yang berseteru dalam Perang Dunia II membuka diri untuk menghentikan peperangan, kemudian pemimpin negara tersebut segera mengambil jalan damai dengan lawannya, sehingga meja perundingan dan harapan perdamaian bisa terwujud.<br />
Dalam sejarah ini bisa dilihat bahwa sebenarnya berakhirnya Perang Dunia II, disepakati oleh semua pihak, dan terwujud bukan karena kekuatan dan kehebatan Sekutu mengalahkan lawannya, tetapi semangat dari semua pihak yang terlibat dalam perang untuk memulai mengakhiri peperangan yang sudah memakan jutaan korban. Bisa diasumsikan, jika semua pihak yang terlibat dalam perang tidak membuka diri untuk berdamai, dengan tindakan apa yang digembar-gemborkan dan dinamakan Sekutu sebagai ungkapan “menyerah”, maka sampai saat ini peperangan masih berlangsung dan akan terus berlangsung, sebanyak apapun bom nuklir dimiliki suatu negara.<br />
Kondisi terjadinya publikasi yang menyebutkan bahwa kemenangan dalam Perang Dunia II diraih oleh Sekutu inilah yang sudah mempengaruhi banyak pemikir termasuk Francis Fukuyama, dengan bukunya The End of History and the Last Man (1992). Dari gema di dunia internasional bahwa Sekutu yang dimotori oleh Amerika Serikat disebut sebagai pemenang dalam Perang Dunia II, mendudukkan Amerika Serikat sebagai negara Super Power, yang dari status ini akhirnya mengembang informasi baku bahwa Amerika Serikat menjadi penggerak Demokrasi Liberal versi Barat (Amerika Serikat) mencapai apa yang dinamakan oleh Fukuyama sebagai akhir dari peradaban manusia.<br />
Pemikiran Fukuyama dalam The End of History and the Last Man, lebih besar dipengaruhi keberhasilan menggaungkan status kemenangan bagi Amerika Serikat dalam Perang Dunia II, kemudian diteruskan dengan tumbangnya rezim komunis. Maka bertambahlah “fakta” yang mendukung pemikiran Fukuyama ini, di mana seolah-olah tumbangnya Komunisme di Uni Sovyet, karena kekuatan Amerika Serikat.<br />
Uforia itu subur dalam mindset Fukuyama, sehingga berkembang pemikiran bahwa setelah era dominasi peradaban Barat, maka tidak ada lagi peradaban lain, dengan sistem pemikiran dan kehidupan yang berbeda dengan peradaban Barat. Ketika itulah manusia sudah bersepakat untuk menerapkan Demokrasi Liberal, yang Era ini merupakan akhir sejarah (the end of history).<br />
Dalam bahasa lain, maka tidak ada lagi peradaban setelah peradaban barat yang saat ini dimotori oleh Amerika Serikat, sehingga meletakkan Amerika Serikat dalam posisi sebagai kekuatan tunggal yang tidak dapat runtuh.<br />
Sebagaimana terekam perjalanan sejarah, bahwa maju mundurnya sejarah peradaban suatu bangsa berkait erat dengan kekuatan militer bangsa tersebut. Siapa yang memiliki kekuatan perang yang kuat, akan mampu untuk mempertahankan diri dari serangan peradaban lain yang lebih kuat. Dengan buku tersebut, terbaca bahwa pemikiran Fukuyama sudah berakhir, menghentikan penelitian-penelitian lanjut, dan kurang menyadari bahwa perjalanan sejarah akan terus berlangsung. Tidak ada yang akan abadi memegang kekuasaan peradabannya. Pada masanya nanti, peradaban Amerika Serikat juga akan mengalami hal sama dengan yang dialami oleh imperium-imperium di masa lalu, kehancuran dan perpindahan kejayaan.<br />
<br />
Sumber :<br />
http://en.wikipedia.org/wiki/Francis_Fukuyama<br />
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/06/24/lnavdk-jelang-pensiunan-menhan-as-curhat<br />
http://newcaliphateorder.wordpress.com/2011/05/22/akhir-peradaban-barat/<br />
http://ruang-ihsan.blogspot.com/2008/12/end-of-history-atau-end-of-west.htmlDeni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-11122608420174874982011-07-08T22:12:00.000-07:002011-07-08T22:12:12.801-07:00STRATEGI ASEAN COMMUNITY DALAM MENJAMIN STABILITAS LINGKUNGAN BERKELANJUTANABSTRACT<br />
<br />
This paper purpose to analyze roles of ASEAN Community for esuring environmental sustainability. Throughout the process, the paper also aims to elaborate the nexus between the discourse of ASEAN’s regionalism and environmental issues. Thus, ASEAN need to solve global environmental problems such as climate change so that regionalism could stabilize and create global environmental governance. One concrete solution which would be made is ASEAN’s ecology. <br />
<br />
Recently, ASEAN Community has been ratified two years ago. Facing from Viantiane Convention in 2007, the time that ASEAN targeted for realizing ASEAN Community is 2015. For six years more, ASEAN actually has shown better regional cooperation, especially integrative regionalization. This kindly progress would strengthen more strategic aspects for saving the environment, combating the climate change problem. The concept of ASEAN’s ecology could be a leader to spread more regional ecology, which would be emerge into global ecology. Because of the dense population, ASEAN has added value to empower human resource development by living and thinking green. This index still can comparable with other regional organisation, even can correlate with Asian Pacific. Hence, the progressive regionalism of ASEAN could be increased from strategic concepts of ASEAN Community. <br />
<br />
Key words : ASEAN Community, environmental sustainability, climate change problem, integrative regionalization, and ASEAN’s ecology<br />
<br />
<br />
Pendahuluan<br />
<br />
Perubahan Iklim : Ancaman Menuju Keamanan Kolektif dan Inisiatif dalam ASEAN Community. Perubahan iklim merupakan salah satu dampak nyata dari fenomena pemanasan global. Secara historis, perubahan iklim telah menjadi isu utama dalam Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro, Brasil, sejak tahun 1992. Konvensi Perubahan Iklim atau United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) merupakan salah satu konvensi yang tercantum dalam Agenda 21, yang terinsipirasi dari Protokol Kyoto tahun 1997 (kesepakatan global pertama kali mengenai perubahan iklim). Maksud dan tujuan utama dari konvensi tersebut adalah untuk menjaga kestabilan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfir sehingga terjaminnya ketersediaan pangan dan pembangunan berkelanjutan.<br />
<br />
Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), pada tahun 2030, sejumlah 2000 pulau akan tenggelam karena meningkatnya permukaan air laut sebagai akibat pemanasan global.(Armely Meiviana: 2004) Seperti yang dikatakan oleh Kemal Dervis (Petugas UNDP) dalam pernyatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tanggal 5 Juni 2007 :<br />
“…Bagi penduduk miskin, perubahan iklim merupakan masalah hidup dan mati. Ini merupakan tantangan lingkungan, serta salah satu ancaman terhadap pembangunan manusia. Bagaimana kita sebagai masyarakat dunia beradaptasi dengan hal ini, meredakan percepatannya dan bertanggung jawab atas resiko strategi pembangunan menjadi faktor penting dalam kemajuan pembangunan, termasuk usaha mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (MDG)...”<br />
(http://www.undp.or.id/pubs/docs/ANN%20REP%20UNDP%20ID.pdf, diakses tanggal 15 Juni 2009).<br />
<br />
Berdasarkan latar belakang tersebut, timbul itikad baik dari Association of South East Asian Nations (ASEAN) dengan tujuan untuk menjamin stabilitas lingkungan hidup yang berkelanjutan. Dengan mewujudkan ASEAN Community 2015, ASEAN telah berjalan semakin mantap untuk menentukan arah dan tindakan tepat bagi keselamatan lingkungan hidup. Sesuai dengan tiga pilar utamanya berupa : ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community, dan ASEAN Socio-cultural Community, upaya penyelamatan lingkungan hidup yang bersumber pada fenomena perubahan iklim telah dicantumkan secara mendasar ke dalam setiap program tersebut. Dengan demikian, ancaman lingkungan yang terjadi dalam perubahan iklim telah ditransformasi secara positif menjadi langkah inisiatif dan kolektif dari setiap negara anggota ASEAN. Yang menjadi rumusan masalah ialah : <br />
1. Mengapa isu lingkungan hidup menjadi acuan utama dalam program ASEAN Community?<br />
2. Sejauh mana ASEAN Community mampu mengupayakan strategi-strategi dalam menjamin stabilitas lingkungan hidup?<br />
3. Bagaimana dampak stabilitas lingkungan hidup ASEAN Community terhadap regionalisme ASEAN di masa depan? <br />
<br />
<br />
Kronologi ASEAN Community<br />
<br />
Sudah hampir 42 tahun ASEAN berdiri. Organisasi yang berada di kawasan Asia Tenggara ini terbentuk sejak tanggal 8 Agustus 1967, yang memiliki 10 negara anggota (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar, Brunei Darussalam). <br />
<br />
Anggota ASEAN Tanggal<br />
Brunei Darussalam 8 Januari 1984<br />
Kamboja 30 April 1999 <br />
Indonesia 8 Agustus 1967<br />
RRD Laos 23 Juli 1997 <br />
Malaysia 8 Agustus 1967<br />
Myanmar 23 Juli 1997<br />
Filipina 8 Agustus 1967<br />
Singapura 8 Agustus 1967<br />
Thailand 8 Agustus 1967<br />
Vietnam 28 Juli 1995<br />
Tabel 1. Data Anggota ASEAN dan Tanggal Bergabung<br />
Sumber: http://www.13theaseansummit.sg/asean/index.php/web/documents/documents/aseaneconomic_blueprint, diakses tanggal 20 Juni 2009 <br />
<br />
Pada saat KTT Bali Concord II tahun 2003 diadakan, terbesit visi 2020 yang pada akhirnya memunculkan konsep Komunitas ASEAN (ASEAN Community). Aspek ekonomi, politik-keamanan, dan sosial-budaya yang menjadi pilar utama komunitas ASEAN telah disepakati setiap negara anggota untuk direalisasikan melalui Rencana Aksi (Plan of Action) dalam KTT ASEAN 10 di Viantiane, Laos, tahun 2004. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada saat pertemuan ASEAN di Cebu, Filipina 2007, pencapaian komunitas ASEAN semakin kuat dan stabil dengan hadirnya “Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015”. Dengan kata lain, jangka waktu realisasi komunitas ASEAN telah dipercepat, dari tahun 2020 menjadi 2015. (http://www.deplu.go.id/download/asean-selayang-pandang2007.pdf,diakses tanggal 20 Juni 2009). <br />
Perkembangan ASEAN Community semakin jelas terlihat dengan adanya piagam ASEAN. Landasan konstitusional ASEAN yang baru saja terbentuk pada tahun 2007 ini mencerminkan bahwa ASEAN telah memiliki status hukum yang sah dan mendapat legitimasi dari setiap kalangan masyarakat Asia Tenggara. Jika dikaitkan dengan perspektif teoritis Andrew Hurrel, berdirinya ASEAN Community telah mencapai kriteria akhir, yakni regional cohession.(Andrew Hurrel : 2002) Empat kriteria sebelumnya seperti : regionalization, regional awareness and identity, regional inter state cooperation, sampai state promoted regional integration telah dicapai karena kebijakan regional ASEAN mampu meletakkan fungsi-fungsi kohesivitas dan integrasi secara menyeluruh. Berdasarkan pada Piagam ASEAN pasal 11, ASEAN Community berusaha meningkatkan pondasi kohesif pada regionalisme ASEAN di mana kesadaran terhadap integrasi, identitas regional, dan solidaritas telah ditanamkan bersama melalui interkasi kumulatif. (http://www.aseansec.org/10371.htm, diakses tanggal 17 Juni 2009). Adanya prasayarat untuk memprioritaskan kesadaran untuk bekerjasama dan saling menghormati mampu menjadi prinsip kuat ASEAN Community dalam membangun karakter komunitas, pemerintah, maupun masyarakat sipil. <br />
<br />
Alasan mendasar komunitas ASEAN memilih program lingkungan hidup sebagai salah satu acuan utama dalam kebijakan regional ialah adanya keinginan utama ASEAN untuk menjadi kawasan yang bersih dan hijau, dengan mengacu prinsip-prinsip mekanisme pembangunan yang berkelanjutan, ramah lingkungan serta melakukan pengelolaan sumber daya alam secara lestari. (http://www.deplu.go.id/download/asean-selayang-pandang2007.pdf, diakses tanggal 20 Juni 2009) Dengan adanya visi tersebut, ASEAN semakin kokoh dalam membentuk program-program penyelamatan lingkunga hidup, khususnya mengenai kawasan hutan di Asia Tenggara. Mengingat bahwa hutan di Asia Tenggara termasuk salah satu paru-paru dunia, maka penting sekali untuk dijaga dan dilindungi secara maksimal tanpa menyebabkan kasus kejahatan lingkungan lintas batas seperti kabut asap yang terjadi di Kalimantan sejak tahun 1997. <br />
<br />
Strategi ASEAN Community dalam menjamin stabilitas lingkungan yang berkelanjutan<br />
Secara formal, kerjasama ASEAN di bidang lingkungan hidup dimulai sejak tahun 1978, ditandai dengan dibentuknya ASEAN Experts Group on the Environment (AEGE) di bawah Committee on Science and Technology (COST). Pembentukan wadah tersebut dimaksudkan untuk memperkuat kerjasama yang sudah dirintis sejak tahun 1971 melalui Permanent Committee on Science and Technology. AEGE diberi mandat untuk mempersiapkan ASEAN Environmental Programme (ASEP). Seiring dengan makin meluasnya lingkup kerjasama lingkungan hidup di kawasan ASEAN, pada tahun 1990 dibentuk ASEAN Senior Officials on the Environment (ASOEN) yang mengandung enam Kelompok Kerja: <br />
a. Penanganan Polusi Lintas-Batas;<br />
b. Konservasi Alam;<br />
c. Lingkungan Hidup Kelautan;<br />
d. Pengelolaan Lingkungan Hidup;<br />
e. Ekonomi Lingkungan; dan<br />
f. Informasi Lingkungan, Peningkatan Pengetahuan dan Kesadaran Publik.<br />
(http://www.deplu.go.id/download/asean-selayang-pandang2007.pdf, akses 20-6-2009)<br />
<br />
<br />
Mekanisme konsultasi formal yang dipergunakan negaranegara ASEAN untuk membahas masalah-masalah lingkungan tidak hanya terbatas pada ASOEN saja tapi juga Pertemuan Tingkat Menteri Lingkungan (ASEAN Ministerial Meeting on Environment/AMME). <br />
Setiap pilar ASEAN Community telah membahas agenda penyelamatan lingkungan hidup. Sesuai dengan kaidah masing-masing pilar, lingkungan hidup mampu menjadi acuan program mereka, antara lain:<br />
1. ASEAN Security Community Kerjasama di Bidang Pemberantasan Kejahatan Lintas Negara.<br />
Kerjasama ASEAN dalam rangka memberantas kejahatan lintas negara (transnational crime) pertama kali diangkat pada pertemuan para Menteri Dalam Negeri ASEAN di Manila tahun 1997 yang mengeluarkan ASEAN Declaration on Transnational Crimes. Sebagai tindak lanjut dari deklarasi di atas, kerjasama ASEAN dalam memerangi kejahatan lintas negara dilaksanakan melalui pembentukan Pertemuan Para Menteri ASEAN terkait dengan Pemberantasan Kejahatan Lintas Negara (ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime/AMMTC). Kasus kabut asap di daerah Kalimantan dan Sumatra merupakan salah satu kejahatan transnasional dalam bidang lingkungan hidup. Kebakaran hutan yang mampu mengganggu keamanan negara lain (Malaysia dan Singapura) ini mulai didengungkan oleh media secara regional sejak tahun 1997. Dalam periode 1-30 Juli 2006, berdasarkan Data Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer, di Provinsi Riau terdeteksi sejumlah 1.419 titik api, yang terdiri dari: lahan masyarakat (55,39%), kawasan HTI (23,82%) dan perkebunan (20,79%). Karena adanya polemik yang sengit antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura, maka ASEAN turut menyelesaikan sengketa mereka dengan dibentuknya ASEAN Haze Technical Taks Force; Sub-Regional Fire Fighting Arrangements; ASEAN Regional Haze Action Plan (ARHAP); dan ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (AATHP) pada tahun 1990. <br />
2. ASEAN Economic Community bidang pangan, pertanian, dan kehutanan <br />
Kerjasama lingkungan hidup yang dilakukan ASEAN dalam ranah ASEAN Economic Community mencakup sektor komoditi dan sumber daya alam, seperti : sektor pangan, kehutanan, dan pertanian. Tujuan diadakan kerjasama tersebut ialah menambah daya saing produk pangan dan kehutanan, meningkatkan food security agreement, dan meningkatkan posisi ASEAN dalam forum internasional. Forum kerjasama yang telah dibentuk ialah ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (AMAF). AMAF didukung oleh Task force dan expert groups yang bertugas untuk menentukan rencana implementasi kegiatan dalam periode waktu tertentu. Dalam rangka pengimplementasian Ha Noi Plan Action (HPA) di bidang pertanian, pangan dan kehutanan, para Pemimpin negara-negara ASEAN pada tahun 1998 telah menyetujui dokumen Strategic Plan of Action Cooperation in Food, Agriculture, and Forest for the 1999-20041. Rencana aksi tersebut kemudian direview kembali pelaksanaannya pada 2004 sekaligus dilanjutkan dengan Strategic Plan of Action Cooperation in Food, Agriculture, and Forest for the 2005-2010. (http://www.deplu.go.id/download/asean-selayang-pandang2007.pdf, diakses tanggal 20 Juni 2009) <br />
3. ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC): Tujuan ASEAN Socio-Cultural Community mencantumkan agenda lingkungan hidup ialah mendorong terciptanya kawasan ASEAN yang bersih dan hijau (to create a clean and green ASEAN) serta menjamin kelangsungan proses pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Karena adanya sentuhan humanistik dan kultural, ASCC memasukkan 11 sub elemen ke dalam program lingkungan hidup, yakni :<br />
D1. Addressing global environmental issues<br />
D2. Managing and preventing transboundary environmental pollution / Managing transboundary haze and other environmental pollution<br />
D3. Promoting sustainable development through environmental education and public participation<br />
D4. Promoting Environmentally Sound Technology (EST)<br />
D5. Promoting quality living standards in ASEAN cities/urban areas<br />
D6. Harmonizing environmental policies and databases<br />
D7. Promoting the sustainable use of coastal and marine environment<br />
D8. Promoting Sustainable Management of Natural Resources andBiodiversity<br />
D9. Promoting the Sustainability of Freshwater Resources<br />
D10. Responding to Climate Change and addressing its impacts <br />
D11. Promoting Sustainable Forest Management (SFM)<br />
(slide power point dalam Seminar Cetak Biru Komunitas Sosial-Budaya ASEAN tanggal 10 September 2008)<br />
<br />
Ekologi ASEAN : Wacana baru ASEAN Community dan Implementasinya terhadap Ketahanan Lingkungan Hidup.<br />
Sebagai organisasi regional yang cukup mantap, ASEAN Community merupakan bentuk konkrit dari regionalisme Asia Tenggara yang semakin integratif. Dalam menciptakan stabilitas lingkungan hidup yang berkelanjutan, perlu dibentuk suatu komunitas khusus di ASEAN yang disebut dengan ekologi ASEAN. Konsep ekologi ini diperkuat dengan adanya asumsi perspektif atau teori lingkungan hidup yang bernama ecocentrism atau deep ecology system. Ekosentrisme dikemukakan oleh Aldo Leopold, berfokus pada komunitas biotik sebagai satu keseluruhan biosfer dan stabilitas komposisi ekologis. Land ethic dan good environmental management telah menjadi kunci utama dalam pandangan filosofis ini. (Leopold : 1949).<br />
<br />
Selain itu, pembangunan ekologi ASEAN harus didasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan yang mengkorelasi aspek ekologis (tanggung jawab lingkungan hidup), sosial (nilai dan norma yang berlaku), dan ekonomi (keuntungan bisnis yang mutualis). Pembangunan berkelanjutan memiliki beberapa prasyarat. Pertama, menjangkau perspektif jangka panjang melebihi satu-dua generasi sehingga kegiatan pembangunan perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang. Kedua, menyadari berlakunya hubungan keterkaitan (interdependency) antar pelaku-pelaku alam, sosial dan buatan manusia. Pelaku alam terdapat dalam ekosistem, pelaku sosial terdapat dalam sistem sosial, dan pelaku buatan manusia dalam sistem ekonomi. Ketiga, memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang memenuhi kebutuhannya. Keempat, pembangunan dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya alam sehemat mungkin, limbah-polusi serendah mungkin, ruang-space sesempit mungkin, energi diperbarui semaksimal mungkin, energi tidak-diperbarui sebersih mungkin, serta dengan manfaat lingkungan, sosial, budaya-politik dan ekonomi seoptimal mungkin. Kelima, pembangunan diarahkan pada pemberantasan kemiskinan, perimbangan ekuitas sosial yang adil serta kualitas hidup sosial, lingkungan, dan ekonomi yang tinggi. (Emil Salim : 2003)<br />
<br />
Ekologi ASEAN merupakan ide baru yang mampu memberikan pengaruh besar terhadap keamanan lingkungan global, terutama menunjukkan posisi Asia Tenggara di mata internasional. Strategi ini bukan hanya merupakan wacana saja, tetapu lebih merupakan landasan konkrit dan teknis untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan terhindar dari efek pemanasan global. Ekologi ASEAN dapat terbentuk jika setiap masyarakat ASEAN memiliki kesadaran tinggi terhadap keanekaragaman hayati yang satu, berada dalam iklim yang sama, dan menikmati udara yang sama. Kesatuan inilah yang nantinya dapat dijadikan teladan positif bagi kawasan lain, sehingga akan menimbulkan efek terbentuknya ekologi global (bersatunya ekologi setiap kawasan). Dengan demikian, tantangan ASEAN untuk menjadi lembaga regional semakin besar untuk menunjukkan adanya spirit untuk bekerjasama dan memiliki rasa nasionalisme secara regional, yakni nasionalisme ASEAN (imagined communities).<br />
<br />
Untuk mendukung konsep ekologi ASEAN, prinsip yang tak jauh berbeda dengan ASEAN Community pun sinkron dengan konsep ECO-Community. ECO-community merupakan sebuah komunitas ekologis yang bisa diterapkan secara regional. Di kalangan Asia Tenggara, setiap pengambil kebijakan negara dapat membentuk beberapa komunitas ekologis yang dapat mempercepat pembangunan lingkungan hidup secara stabil dan berkelanjutan. Aktor yang menjalankan komunitas inn beragam, tak menutup diri dari golongan apa pun serta bergerak ke ranah yang lebih sosial (pergerakan masyarakat). Hal ini dimaksudkan untuk memperluas jaringan pengambil keputusan ASEAN, tidak hanya berasal dari kalangan elite politik tetapi juga dari pemuda, pebisnis, buruh, dan anggota masyarakat lainnya. ECO-Community dapat berjalan baik jika diberlakukan aturan atau norma kolektif untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan, seperti misalnya : penggunaan perabot daur ulang, pembangunan rumah dengan ventilasi yang banyak (tanpa menggunakan AC), pengelolaan sampah mandiri di setiap rumah tangga, dsb. Tatanan masyarakat yang berlaku harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan latar belakang kehidupan mereka. Semakin besar pertumbuhan ECO-Community, semakin kuat pula efektivitas dan efisiensi yang dihasilkan ekologi ASEAN. <br />
<br />
Tantangan Regionalisme ASEAN di Masa Depan<br />
<br />
Data yang terambil dari Asian Development Bank ini menunjukkan generalisasi perkembangan negara di dunia berdasarkan PDB (produk domestik bruto). Jika dilihat secara populasi, Asia Tenggara yang termasuk dalam benua Asia memiliki keunggulan dalam kepadatan penduduk, dengan jumlah 3,112 miliar pada tahun 2005 dan diprediksikan tahun 2020 sebesar 3,515 miliar. Analisis yang didapat dari data tersebut terbagi menjadi dua segi : segi positif dan negatif. Secara positif, tingkat kepadatan penduduk dan angka pertumbuhan yang tinggi mampu meningkatkan persaingan daya beli secara global. Artinya, tingkat konsumsi di daerah Asia jauh lebih banyak daripada Eropa atau Amerika. Hal ini terlihat dari jumlah paritas daya beli Asia mencapai US $ 15,514 miliar pada tahun 2005 dan US $ 32,120 miliar pada tahun 2020. namun, keberhasilan ini tidak selamanya mendatankan keuntungan bagi kemakmuran mereka. Walaupun secara kuantitatif Asia menang dalam kependudukan, PDB per kapita Eropa dan Amerika lebih unggul, yakni mencapai US $ 18 miliar dan US $ 19 miliar di tahun 2005. Maka, tak mengherankan bila upah tenaga kerja di Asia jauh lebih rendah (murah) ketimbang tenaga kerja AS dan Eropa yang secara jumlah lebih sedikit.<br />
<br />
Secara spesifik, jika dilihat angka PDB di Asia Tenggara, negara pendiri ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Indonesia, Thailand, dan Filipina mampu memberikan kontribusi tinggi bagi tingkat PDB di Asia. Total penduduk kelima negara tersebut di tahun 2005 bekisar 400 juta jiwa, sedangkan total penduduk di Asia Tenggara mencapai 502,4 juta jiwa. Berarti, presentase penduduk Asia Tenggara merupakan 16% dari seluruh penduduk Asia, angka yang cukup baik bagi pembangunan Asia yang berkelanjutan. Dikaitkan dengan pembangunan berwawasan lingkungan hidup yang berkelanjutan, masyarakat ASEAN mampu memberikan nilai-nilai positif berupa semangat untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Semakin banyak orang sadar lingkungan, semakin cepat tingkat pencegahan terhadap bahaya perubahan iklim. Regionalisme di Asia Tenggara pun akan berkembang semakin baik dalam kinerjanya mengupayakan penyelamatan lingkungan hidup. PDB mampu mempengaruhi tingkat kohesifitas dan integritas masyarakat ASEAN terhadap stabilitas lingkungan hidup yang berkelanjutan.<br />
<br />
Meskipun ASEAN belum termasuk kategori regionalisme yang utuh dan kuat seperti Uni Eropa, tak menutup kemungkinan bahwa Asia Tenggara memiliki daya kompetitif lebih maju dibandingkan regionalisme di Asia lainnya. Dengan dibangunnya komunitas ASEAN 2015, maka kawasan Aisa Tenggara semakin menunjukkan potensi regional yang mampu memberi keuntungan positif bagi regionalisasi dunia. Integrasi dan kohesi regional yang tercipta tak lepas dari area kerjasama dan intensitas hubungan ASEAN dengan kawasan lain. Untuk dapat menganalisis struktur regionalisme ASEAN dan implikasi hubungan eksternalnya, perlu mempelajari peta forum regional dan transregional Asia yang tertera dalam diagram 10 : arsitektur ekonomi.<br />
<br />
Bagan yang tertera dalam diagram 10 menggambarkan kerangka sistematis kerjasama regional ASEAN (sebagai inti) dengan regionalisasi Asia lainnya. Analisis yang dapat dinilai dari kerangka tersebut bersumber dari teori regionalisme : teori level domestik dan interdependensi. (Andrew Hurrel : 2002) Teori level domestik biasa disebut dengan teori konvergen, di mana negara berperan sebagai aktor utama (core actor). Setiap kebijakan yang diambil oleh negara tertentu, akan ditransformasi dan disinkronisasi dengan kebijakan negara lain yang ada dalam suatu kawasan.<br />
<br />
Di dalam kawasan Asia Tenggara, ASEAN berupaya untuk menjembatani langkah-langkah aktif dari setiap negara anggotanya dalam menunjang kadar atau nilai integrasi regional yang terjalin. Setelah memperkuat struktur dan koneksivitas secara internal, ASEAN juga memperkuat jaringan kerjasama dengan negara Asia lainnya, seperti yang tertera dalam bagan (ASEAN +3, EAS, SAARC, dll). Kontribusi penting dari ASEAN yang berpengaruh terhadap kerjasama eksternal (India, Cina, Jepang, Korea Selatan) ialah kawasan hujan tropis di Asia Tenggara yang berjumlah 16% dari total hujan tropis dunia. (http://www.greenpeace.org/seasia/id/news/greenpeace-melindungi-hutan, diakses tanggal 18 Juni 2009).<br />
<br />
Dalam pembangunan lingkungan hidup yang berkelanjutan, hutan tropis berperan penting dalam menjaga keseimbangan iklim, mengatur tersedianya pasokan air dan memelihara ekosistem termasuk manusia. Sekitar 150 juta masyarakat adat tinggal dan bergantung pada hutan, mereka harus mendapatkan masa depan yang terjamin, sehingga mereka dapat tetap menjaga hutan.<br />
<br />
Teori interdependensi juga tak kalah penting dalam hubungan regional dan transregional ASEAN. Sebagai salah satu kawasan yang termasuk Macan Asia, ASEAN memiliki relasi sinergis dengan kawasan lain, tak terkecuali dengan Uni Eropa, AS melalui pertemuan ASEM atau APEC. Ketergantungan yang dicapai ASEAN dan kawasan eksternal memiliki interaksi dinamis dan strategis karena ketersediaan sumber daya (baik alam maupun manusia) terjangkau. Namun, kendala yang mungkin dapat menjadi titik kritis dinamika hubungan mereka adalah kemampuan untuk mempertahankan efektivitas dan keseimbangan kerjasama. Artinya, sistem tumpang tindih ekonomi, kesenjangan sosial, penyebaran poopulasi yang tidak merata mampu mempengaruhi kredibilitas dan kapabilitas setiap kawasan. Dampak yang perlu dihindari yaitu niat dan kepentingan pribadi negara tertentu dalam menghegemoni atau mengeksploitasi kekayaan negara lain, atau bahkan kawasan lain.<br />
<br />
Integrasi yang terjalin antar negara anggota ASEAN tidak menutup kemungkinan adanya afiliasi dari satu kawasan dengan kawasan lainnya (Asia Timur, Asia Selatan,Asia Tengah, Eropa, dan Amerika). Namun, pengendalian sistem pemerintah regional perlu dikembangkan secara optimal, khususnya kebijakan mengenai pembangunan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Stabilitas ekologis yang terbentuk dalam ekologi ASEAN senantiasa memberikan peluang dan tantangan Asia Tenggara dalam menjamin pembangunan paru-paru dunia dan meyakinkan masyarakat internasional untuk peduli terhadap lingkungan.<br />
<br />
Kesimpulan<br />
Kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan strategis karena kekayaan alam dan jumlah tenaga kerja sangat berlimpah dan beraneka ragam. Fenomena perubahan iklim dan pemanasan global pun turut mengancam keberadaan mereka sehingga ASEAN turut mencantumkan isu pembangunan lingkungan hidup berkelanjutan dalam visi ASEAN Community 2015. Dengan hadirnya ASEAN Community 2015, kesejateraan dan keselamatan lingkungan hidup lebih terjamin, ekologi ASEAN pun dapat tercapai, dan posisi kawasan Asia Tenggara pun semakin diperhitungkan bagi kawasan transregional (Uni Eropa, Amerika Serikat, Asia Timur,dsb).<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Buku <br />
Hurrell,Andrew. Regionalism in Theoretical Perspective eds. Fawcett, Louise, and Andrew Hurrell. 2002. Regionalism in World Politics. Oxford University Press. pp 37-73<br />
Masripatin, Nur. Apa Itu REDD(Reducing Emissions from Deforestation<br />
and Forest Degradation in Developing Countries)? 2008, diakses melalui Laporan UNFCCC 2008 : COP-13 decision on REDD <br />
Meiviana, Armely dkk. Bumi Makin Panas: Ancaman Perubahan Iklim di Indonesia. 2004. Jakarta : Pelangi <br />
Salim, Emil. “Membangun Paradigma Pembangunan” dalam makalah Peluncuran Buku dan Forum Diskusi Mengenai Hasil-Hasil dan Tindak Lanjut KTT Pembangunan Berkelanjutan. 2003. Jakarta<br />
Taylor, Paul W. Respect for Nature: A Theory of Environmental Ethics. 1998 New Jersey : Princenton Press University. page. 13<br />
<br />
Internet<br />
http://www.deplu.go.id/download/asean-selayang-pandang2007.pdf, ASEAN Selayang Pandang, DIrektorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia 2007, diakses tanggal 20 Juni 2009<br />
http://www.13theaseansummit.sg/asean/index.php/web/documents/documents/aseaneconomic_blueprint, ASEAN (2007). ASEAN Economic Community Blueprint, diakses tanggal 20 Juni 2009<br />
http://www.gp-ansor.org/berita/negara-asean-diminta-cari-solusi-atasi-asap.html, Negara ASEAN Diminta Cari Solusi Atasi Asap. 13 Oktober 2006, diakses tanggal 20 Juni 2009<br />
http://haze.asean.org/news/1024040565/back=media/ASEAN+SIGNS+AGREEMENT+TO+TACKLE+, ASEAN Signs Agreement to Tackle Haze, Environment Division of ASEAN Secretariat. 14 Juni 2002, diakses tanggal 20 Juni 2009<br />
http://aric.adb.org/emergingasianregionalism/pdfs/KRA%20Indonesia.pdf, Kebangkitan Regionalisme Asia : Kemitraan Bagi Kemakmuran Bersama. 2008. Asian Development Bank, diakses tanggal 18 Juni 2009<br />
http://www.greenpeace.org/seasia/id/news/greenpeace-melindungi-hutan, Melindungi hutan dapat mencegah perubahan iklim - ASEAN harus segera bertindak, 1 Maret 2009, diakses tanggal 18 Juni 2009<br />
http://www.aseansec.org/10371.htm, ASEAN Declaration on Environmental Sustainability. 20 November 2007, diakses tanggal 17 Juni 2009<br />
http://www.undp.or.id/pubs/docs/ANN%20REP%20UNDP%20ID.pdf, Laporan Tahunan edisi 2007.Lingkungan Yang Berkelanjutan. diterbitkan oleh United Nations Development Programme. Juni, 2008. hal 12-15, diakses tanggal 15 Juni 2009Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-42507002103108453032011-07-04T01:32:00.000-07:002011-07-04T01:32:04.504-07:00Mengintip Struktur Jaringan Teroris Jamaah IslamiahPeta kekuatan organisasi teroris di Indonesia, Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Filipina dimotori oleh konfederasi orgnisasi islam radikal bernama Jamaah Islamiah. Meski belum terbukti, sumber intilejen mempercayai Jamaah Islamiah didirikan pertama kali oleh Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir.<br />
<br />
Sebagai jaringan teroris internasional, JI juga dipercayai mempunyai hubungan dan afiliasi yang erat dengan Al Qaeda pimpinan Osama Bin Laden. Misi JI adalah mendirikan negara kekalifahan Islam di Asia Tenggara, meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei, dan Kamboja. <br />
<br />
Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri dalam konferensi persnya di Mabes Polri, Jumat (24/9/2010) mengumumkan soal sepak terjang JI dalam aksi teror di Indoensia selama 10 tahun terakhir. Kapolri memaparkan soal skema struktur organisasi JI dan siapa-siapa saja pimpinannya dalam 10 tahun terakhir. <br />
<br />
Jamaah Islamiah, dipimpin oleh seorang Amir yang berkedudukan di Markaz atau markas. Polisi meyakinii bahwa sebelum ditangkap Abu Bakar Baasyir adalah Amir JI. Selain Amir, Markaz diisi pimpinan seperti Askari (Panglima Perang), PLH Amir, Regional Shura atau dewan penasihat dan BP Markaziyah. Hambali, sebelum ditangkap pada 11 Agustus 2003, pernah menjabat dewan penasihat Markaz JI. Hambali punya peran sebagai penghubung ke jaringan teroris Internasional seperti Al Qaeda dan Abu Sayaf.<br />
<br />
Organisasi JI punya beberapa Mantiqi yang tunduk pada Markaz dalam menjalankan aksi terornya di Asia Tenggara. Ada empat mantiqi.<br />
<br />
Mantiqi Ula atau Mantiqi I meliputi wilayah Singapura dan Malaysia. Nama Muklas alias Ali Gufron terpidana mati Bom Bali I pernah menjadi pimpinan Mantiqi Ula atau I.<br />
<br />
Mantiqi II atau biasa disebut dengan nama Mantiqi Sani. Jaringan inilah yang cukup progresif menjalankan aksi terornya. Sebagian Wilayah Indonesia bagian barat dibawahai oleh Mantiqi II. <br />
<br />
Untuk Mantiqi II, Mabes Polri berhasil memetakan kekuatan struktur organisasinya. Matiqi II membawahi delapan Wakalah atau organisasi JI tingkat provinsi. Ada wakalah Sumbagut, Pekanbaru, Lampung, Jabotabek, Jabar, Surakarta, Jateng dan Jatim. <br />
<br />
Wakalah-wakalah ini masih membawahi lagi yang namanya Khatibah atau organisasi setingkat kota. Khatibah membawahi Qirdas. Dibawah Qirdas ada yang namanya Fiah atau kelompok kecil.<br />
<br />
Mantiqi III atau biasa disebut dengan nama Mantiqi Tahlid meliputi wilayah Mindanao, Sabah, Kaltim dan Sulawesi. Sama seperti Mantiqi lainnya Mantiqi ini juga membawahi Wakalah, lalu Khatibah dan Qirbas. Nasir Abas pernah menjadi pimpinan Mantiqi ini. Mantiqi ini pernah sangat solid dalam aksi teror di poso dan pernah membentuk laskar Uhud. <br />
<br />
Mantiqi terakhir adalah Mantiqi IV atau Mantiqi Ukhro. Mantiqi ini meliputi wilayah Australia. <br />
<br />
Khusus untuk jaringan terorisme di Sumut, yang melancarkan aksi perampokan dan pelatihan militer di Deli Serdang seluruh organisasi teroris dibawah Mantiki II bersatu. Mereka mengorganisir diri dalam kelompok-kelompok atau Fiah. Ada enam kelompok yang saling bertautan. <br />
<br />
Kelompok Boss Medan yang terdiri dari 7 Anggota. Ada kelompok Belawan pimpinan Wak Geng alias Marwan yang berperan merampok untuk mencari senjata. Kelompok Lampung yang diisi Abah alias Jhonson dan Bawor yang bertugas membeli senjata dari dana hail rampokan. Kelompok Pekanbaru ditambah Kelompok Solo dan Kelompok Jabar yang dipimpin Jaja Miharja. (Wira)<br />
<br />
<br />
Editor: Prawira Maulana <br />
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.comDeni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-84516378478574640992011-07-03T02:03:00.000-07:002011-07-03T02:03:31.411-07:00THE END OF HISTORY AND THE LAST MAN - Francis FukuyamaThe End of History and the Last Man adalah sebuah buku yang ditulis oleh Francis Fukuyama (1992). Buku ini merupakan perluasan esai yang ditulisnya pada tahun 1989. “The End of History”, diterbitkan oleh The National Interest. Dalam buku ini Fukuyama berpendapat bahwa munculnya demokrasi liberal Barat dapat merupakan pertanda titik akhir dari evolusi sosial budaya dan bentuk akhir pemerintahan.<br />
Ringkasan tesisnya adalah: “Apa yang kita dapat saksikan tidak hanya akhir Perang Dingin, atau lulus dari suatu periode tertentu dari sejarah pasca-perang, tetapi akhir sejarah itu sendiri, yaitu titik akhir dari evolusi ideologis manusia dan universalisasi demokrasi liberal Barat sebagai bentuk final pemerintahan manusia”.Banyak orang melihat tesis Fukuyama bertentangan dengan versi Karl Marx tentang “akhir prasejarah”. Beberapa ahli juga mengidentifikasi filsuf Jerman G.W. Friedrich Hegel sebagai sumber bahasa Fukuyama, namun disajikannya dengan gaya Alexandre Kojève, yang berpendapat bahwa kemajuan sejarah harus menuju ke arah pembentukan negara yang universal dan homogen.<br />
<br />
Menurut Kojeve sendiri, kemungkinan terbesar akhir sejarah adalah menggabungkan elemen demokrasi liberal atau sosial, tetapi Kojeve memberi penekanan pada karakter pasca-politik sebagai penyebab keadaan tersebut. Tetapi tentu saja ada resiko, kalau dibuat perbandingan seperti itu tidak akan memadai, dan hanya akan mereduksi setiap kemenangan dari pihak kapitalisme saja.<br />
<br />
Tesis Fukuyama berisi beberapa elemen: Pertama, Argumen politik: yakni bahwa semua perang melalui sejarah adalah bentrokan antara dua sistem politik yang bersaing. Maka sebagai bangsa yang lebih mengadopsi bentuk pemerintahan demokrasi liberal, perang antara mereka seharusnya tidak akan terjadi lagi. Kedua, Argumen empiris: Sejak awal abad 19, telah ada langkah dari Amerika untuk mengadopsi beberapa bentuk demokrasi liberal sebagai pemerintahannya, yang didefinisikan sebagai sebuah pemerintahan di mana hak-hak individu, seperti hak untuk kebebasan berbicara, lebih unggul daripada hak-hak negara. Ketiga, Argumen filosofis: Fukuyama meneliti pengaruh thymos (atau semangat manusia). Argumennya adalah: Bahwa demokrasi menghalangi perilaku berisiko. Pencerahan berpikir rasional menunjukkan bahwa peran tuan dan budak ternyata tidak memuaskan dan merusak diri. Oleh karenanya karenanya tidak diadopsi oleh roh-roh leluhur. Jenis argumen yang terakhir ini<br />
awalnya diambil oleh Hegel dan John Locke.<br />
<br />
Salah interpretasi<br />
Menurut Fukuyama, sejak Revolusi Perancis, demokrasi telah berulang kali terbukti menjadi sistem fundamental yang lebih baik secara etis, politik, maupun ekonomi, daripada menjadi sistem alternatif. Maka yang paling umum dan mendasar, kesalahan dalam mendiskusikan tesis Fukuyama adalah kerancuan pembedaan antara ‘sejarah’ (history) dengan ‘kejadian’ (event). Fukuyama tidak mengajukan klaim pada titik apapun bahwa peristiwa yang terjadi akan berhenti di masa depan. Apa yang diklaimnya adalah bahwa semua hal yang akan terjadi di masa depan berupa demokrasi yang akan menjadi lebih umum dalam jangka panjang, meskipun bisa saja terjadi kembalinya totalitarianisme atau kemungkinan lain yakni kemunduran yang bersifat ‘sementara’.<br />
<br />
Beberapa pendapat menyatakan bahwa Fukuyama menyajikan demokrasi yang Americanized, sebagai suatu sistem politik yang benar, dan bahwa semua negara mau tidak mau harus mengikuti sistem pemerintahan tertentu, namun banyak pihak mengklaim hanya bahwa ini adalah salah interpretasi. Kritik bagi Fukuyama di titik ini adalah bahwa di masa depan akan ada semakin banyak pemerintah yang menggunakan kerangka demokrasi parlementer dan yang berisi berbagai bentuk pasar.<br />
<br />
The End of History tidak pernah dikaitkan dengan model khusus Amerika baik dalam hubungan organisasi sosial maupun politik, betatapun Fukuyama mengutip Alexandre Kojève, filsuf Rusia-Prancis yang mengilhami argumentasinya. Ia percaya bahwa Uni Eropa lebih akurat mencerminkan seperti apa dunia akan terlihat pada akhir sejarah dibanding Amerika Serikat kontemporer. Maka upaya Uni Eropa untuk mengatasi kedaulatan dan politik kekuasaan tradisional dengan menetapkan aturan hukum transnasional adalah jauh lebih sejalan dengan dunia “pasca-sejarah” daripada keyakinan Amerika yang tetap memakaiBelief in God, national sovereignty, and their military.<br />
<br />
Argumen yang mendukung<br />
Asumsi dari teori Fukuyama adalah bahwa perang antara dua negara dengan kematangan demokrasi, dan karena sifat demokrasi liberal (yaitu, bahwa hak-hak individu dinilai lebih tinggi daripada hak-hak negara), tidak akan pernah ada. Hal ini terbukti kasus sampai sekarang.<br />
<br />
Bukti empiris telah digunakan untuk mendukung teori ini. Freedom House berpendapat bahwa tidak ada demokrasi liberal tunggal dengan hak pilih universal di dunia pada 1900, tapi bahwa hari ini 120 (62 persen) dari 192 negara di dunia adalah negara demokrasi tersebut. Mereka menghitung 25 (19 persen) negara dengan ‘praktek demokrasi terbatas’ pada 1900 dan 16 (8%) hari ini. Mereka sebanyak 19 (14 persen) monarki konstitusional pada 1900, di mana konstitusi membatasi kekuasaan raja, dan dengan beberapa kekuasaan diserahkan ke legislatif terpilih.<br />
<br />
Bukti empiris Lain terutama meliputi penghapusan perang antar-negara di Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Eropa Timur di antara negara-negara yang pindah dari kediktatoran militer ke demokrasi liberal.<br />
<br />
Teori perdamaian demokrasi berpendapat bahwa terdapat demokrasi yang mengurangi kekerasan sistematis baik eksternal maupun internal. Hal ini tampaknya kompatibel dengan teori Fukuyama, tapi samasekali tidak kompatibel dengan konflik kelas ala Marx, yakni berakhirnya Perang Dingin dan meningkatan berikutnya dalam jumlah negara-negara demokrasi liberal yang disertai dengan penurunan perang total secara dramatis dan tiba-tiba, perang antar negara, perang etnis, perang revolusioner, dan jumlah pengungsi maupun orang-orang yang terlantar.<br />
<br />
Demokrasi liberal berhasil memenuhi keinginan cemerlang kebutuhan dasar manusia (pangan, pakaian, tempat berteduh) tetapi menimbulkan beberapa pertanyaan. Adalah Will Man, yakni ertanyaan: Setelah kenyang, masihkah orang memiliki jenis thymos yang telah mendorong spesies untuk mencapai teknologi dan budaya? Apakah yang paling mampu dalam masyarakat puas untuk diperlakukan sama dengan orang-orang yang mereka anggap bawahan mereka, atau akankah mereka menuntut tingkat penghargaan politik sepadan dengan kontribusi mereka terhadap masyarakat? Apakah mereka yang berada di bawah skala sosial dan demokrasi liberal tidak, tak dapat disangkal, menghasilkan hierarki dari miskin ke kaya harus puas dengan Kekurangan di atas skala?, atau akankah mereka menuntut lebih tinggi dibawah yang lebih rendah? Fukuyama berusaha untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, yang digambarkan oleh pemikir seperti Plato, Tocqueville, Kant, Hegel, Marx, Nietzsche, dan Alexandre Kojeve berdasarkan pengalaman abad modern.<br />
<br />
Menarik<br />
Buku ini memang menarik, tetapi ada resiko yang terkadang salah arah. Pada akhirnya, pertanyaan yang menjiwai diskusi adalah sama bahwa manusia selalu punya wajah, yang pada akhirnya akan berada pada keinginan untuk keamanan atau dorongan untuk kebebasan. Tidak ada masalah yang lebih penting dalam sejarah manusia dan cara-cara di mana kita akan menjawabnya secara biasa untuk menentukan masa depan kita. Bahkan jika itupun tidak tiba pada suatu jawaban final. Fukuyama sedikit banyak telah menambahkan kepada pemahaman ini.Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-36161879628681346352011-06-12T04:18:00.000-07:002011-06-12T04:18:20.093-07:00PERBANDINGAN BADAN LEGISLATIVE INDONESIA DENGAN AMERIKA SERIKAT<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--> <br />
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Indonesia dalam system pemerintahan legislatifnya sebelum amandemen menganut system<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> unilateral</i>. Dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai lembaga tertinggi Negara dan secara materiil, eksekutif sekaligus memiliki kewenangan legislative. Sedangkan pasca amandemen Indonesia menggunakan system <i style="mso-bidi-font-style: normal;">bicameral asimetrik</i>. Dalam system ini terdapat prihal yang sangat menonjol, dimana dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memiliki kekuasaan yang luar biasa besarnya (perluasan kekuasaan DPR). MPR sendiri masih mempunyai fungsi dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) fungsinya antara “ada dan tiada”.</span> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Namun, bila ditinjau lebih jauh sitem parlemen <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di Indonesia bukan menganut system bicameral melainkan sistem <i style="mso-bidi-font-style: normal;">trikameral</i>. Ini mengingat bahwa MPR lembaga tersendiri yang mempunyai kewenangan tersendiri pula. Begitu pun dengan DPR dan DPD yang sama – sama memiliki kedudukan tersendiri dalam system parlemen Indonesia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Sedangkan badan legislative Amerika Serikat diyakini menggunakan system bicameral. Hal ini dapat dilihat dari kewenangan kedua kamarnya yang seimbang, walaupun senat diberikan kekuasaan khusus oleh konstitusinya, diantaranya adalah senat merupakan kekuasaan satu – satunya untuk mencoba semua <i style="mso-bidi-font-style: normal;">impeachment</i>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Amerika serikat dikatagorikan sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“strong bicameralism”</i>, karena mempunyai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">symmetrical chambers</i> dengan kekuasan yang diberikan oleh konstitusi sama dengan kamar yang pertama dan juga mempunyai legitimasi demokratis karena dipilih secara langsung dan juga <i style="mso-bidi-font-style: normal;">incongruent</i> karena berbeda dalam komposisinya. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">House Of Representative (HOR) sebagai perwakilan politik, sedangkan senat sebagai perwakilan Negara bagian. Dengam demikian, lembaga legislative Amerika Serikat dirasakan lebih kokoh dari pada di Indonesia yang tidak memiliki keseimbangan kewenangan antara DPR dan DPD. Walaupun secara pemilihan dirasakan telah cukup demokratis karena dipilih secara langsung oleh rakyat.</span></div>Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-47004740781566002872011-06-07T20:35:00.000-07:002011-06-07T20:35:59.393-07:00Muhammad Abduh<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> <w:UseFELayout/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Normal (Web)"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 6pt 43.5pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span><span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan </span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Dilahirkan di desa Mahallat Nashr di Kabupaten al-Buhairah, Mesir pada tahun 1849 M dan wafat pada tahun 1905 M. Ayahnya, Abduh bin Hasan Khairullah, mempunyai silsilah keturunan dengan bangsa Turki. Sedangkan ibunya, mempunyai silsilah keturunan dengan tokoh besar Islam, Umar bin Khattab.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pendidikan pertama yang ditekuni Muhammmad Abduh adalah belajar Al Qur'an, dan berkat otaknya yang cemerlang maka dalam waktu dua tahun, ia telah hafal kitab suci dalam usia 12 tahun. Pendidikan formalnya dimulai ketika ia dikirim ayahnya ke perguruan agama di masjid Ahmadi yang terletak di desa Thantha. Namun karena sistim pembelajarannya yang dirasa sangat membosankan, akhirnya ia memilih untuk menimba ilmu dari pamannya, Syekh Darwisy Khidr di desa Syibral Khit yang merupakan seseorang berpengetahuan luas dan penganut paham<span> </span>tasawuf. Selanjutnya, Muhammad Abduh melanjutkan<span> </span>studinya ke Universitas Al Azhar, di Kairo dan berhasil menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1877.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ketika menjadi mahasiswa di Al Azhar, pada tahun 1869 Abduh bertemu dengan seorang ulama' besar sekaligus pembaharu dalam dunia Islam, Said Jamaluddin Al Afghany, dalam sebuah diskusi. Sejak saat itulah Abduh tertarik kepada Jamaluddin Al Afghany dan banyak belajar darinya. Al Afghany adalah seorang pemikir modern yang memiliki semangat tinggi untuk memutus rantai-rantai kekolotan dan cara-cara berfikir yang fanatik. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Udara baru yang ditiupkan oleh Al Afghany, berkembang pesat di Mesir terutama di kalangan mahasiswa Al Azhar yang dipelopori oleh Muhammad Abduh. Karena cara berpikir Abduh yang lebih maju dan sering bersentuhan dengan jalan pikiran kaum rasionalis Islam (Mu'tazilah), maka banyak yang menuduh dirinya telah meninggalkan madzhab Asy'ariyah. Terhadap tuduhan itu ia menjawab: "Jika saya dengan jelas meninggalkan <i>taklid</i> kepada Asy'ary, maka mengapa saya harus ber<i>taklid</i> kepada Mu'tazilah? Saya akan meninggalkan <i>taklid</i> kepada siapapun dan hanya berpegang kepada dalil yang ada"</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 6pt 43.5pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sejarah Perjuangan dan Kehidupan Politik</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah Abduh menyelesaikan studinya di al Azhar pada tahun 1877, atas usaha Perdana Menteri Mesir, Riadl Pasya, ia di angkat menjadi dosen pada Universitas Darul Ulum dan Universitas al Azhar. Dalam memangku jabatannya itu, ia terus mengadakan perubahan-perubahan yang radikal.<span> </span>Dia menggugat model lama dalam bidang pengajaran dan dalam memahami dasar-dasar keagamaan sebagaimana yang dialaminya sewaktu belajar di masjid al-Ahmadi dan di al Azhar. Dia menghendaki adanya sistim pendidikan yang mendorong tumbuhnya kebebasan<span> </span>berpikir, menyerap ilmu-ilmu modern dan membuang cara-cara lama yang kolot dan fanatik Sebagai murid Jamaluddin al-Afghani, maka pikiran politiknya pun sangat dekat dengannya.<span> </span>Al Afghanyadalah seorang revolusioner yang secara serius memandang penting bangkitnya bangsa-bangsa timur guna melawan dominasi Barat. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada tahun 1879, pemerintahan Mesir berganti dengan turunnya Chedive Ismail dan digantikan puteranya, Taufiq Pasya. Pemerintahan yang baru ini sangat kolot dan reaksioner sehingga berdampak pada dipecatnya Abduh dari jabatannya dan diusirnya al Afghany dari Mesir. Tetapi pada tahun berikutnya Abduh kembali mendapatkan tugas dari pemerintah untuk memimpin penerbitan majalah "al Wakai' al Mishriyah". Kesempatan ini dimanfaatkan Abduh untuk menuangkan isi hatinya dalam bentuk artikel-artikel serta pemerintah tentang nasib rakyat, pendidikan dan pengajaran di Mesir.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada tahun 1882, Abduh dibuang<span> </span>ke Syiria (Beirut) karena dianggap ikut andil dalam pemberontakan yang terjadi di Mesir pada saat itu. Disini ia mendapat kesempatan untuk mengajar di Universitas Sulthaniyah selama kurang lebih satu tahun. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada permulaan tahun 1884, Abduh pergi ke Paris atas panggilan al Afghany yang pada waktu itu telah berada disana. Bersama al Afghany, disusunlah sebuah gerakan untuk memberikan kesadaran kepada seluruh umat Islam yang bernama "al 'Urwatul Wutsqa". Untuk mencapai cita-cita gerakan tersebut, diterbitkanlah pula sebuah majalah yang juga diberi nama "al 'Urwatul Wutsqa". Suara kebebasan yang ditiupkan al Afghany dan Abduh melalui majalah ini menggema ke seluruh dunia dan memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap kebangkitan umat Islam. Sehingga dalam waktu yang sangat singkat, kaum imperialis merasa khawatir atas gerakan ini dan akhirnya pemerintah Inggris melarang majalah tersebut masuk ke wilayah Mesir dan India. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada akhir tahun 1884, setelah majalah tersebut terbit pada edisi ke-18, pemerintah Perancis melarang diterbitkannya kembali majalah <i>'Urwatul Wutsqa</i>. Kemudian Abduh diperbolehkan kembali ke Mesir dan al Afghany melanjutkan pengembaraannya ke Eropa.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah kembali ke Mesir, Abduh kembali diberi jabatan penting oleh pemerintah Mesir. Ia juga membuat perbaikan-perbaikan di Universitas al Azhar. Puncaknya, pada tanggal 3 Juni 1899, Abduh mendapatkan kepercayaan dari pemerintah Mesir untuk menduduki jabatan sebagai Mufti Mesir. Kesempatan ini dimanfaatkan Abduh untuk kembali berjuang meniupkan ruh perubahan dan kebangkitan kepada umat Islam.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 6pt 43.5pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>C.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pemikiran keagamaannya</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Islam adalah agama yang terdiri dari beberapa<span> </span>aspek yang saling berhubungan, satu dengan yang<span> </span>lainnya. Yaitu Aqidah (Teologi), Syariah (Hukum Islam), dan Akhlak (tasawuf). Namun dalam kesempatan ini, penulis memilih hanya membahas sedikit manhaj pemikiran Muhammad Abduh tentang Syariah dan Aqidah. Karena inilah yang mungkin paling mempengaruhi seseorang dalam bertindak.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. Hukum Islam</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam salah satu tulisannya, Abduh membagi syariat menjadi dua bagian, yaitu; hukum yang pasti <i>(al Ahkam al Qath’iyah)</i> dan hukum yang tak ditetapkan secara pasti dengan nash dan ijma. Hukum yang pertama, bagi setiap muslim wajib mengetahui dan mengamalkannya. Hukum yang seperti ini terdapat dalam al-Qur’an dan rinciannya telah dijelaskan Nabi melalui perbuatannya, serta disampaikan oleh kaum muslimin secara berantai dengan praktek. Hukum ini merupakan hukum dasar yang telah disepakati <i>(mujma’ ‘alaîhi)</i> kepastiannya. Hal ini bukan merupakan lapangan ijtihad dan dalam hukum yang telah pasti serupa ini, seseorang boleh ber<i>taklid</i>. Yang kedua adalah hukum yang tidak ditetapkan dengan tegas oleh <i>nash</i> yang pasti dan juga tidak terdapat konsensus ulama di dalamnya. Hukum inilah yang merupakan lapangan ijtihad, seperti masalah <i>muamalah</i>, maka kewajiban semua orang untuk mencari dan menguraikannya sampai jelas.<span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Disinilah peranan para <i>mujtahid</i>, dan dari masalah ini pula lahir madzhab-madzhab <i>fiqh</i> yang merupakan cerminan dari keragaman pendapat dalam memahami <i>nash-nash</i> yang tidak pasti tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Abduh sangat menghargai para <i>mujtahid</i> dari madzhab apapun. Menurutnya, mereka adalah orang-orang yang telah mengorbangkan kemampuannya yang maksimal untuk mendapatkan kebenaran dengan niat yang <i>ikhlas</i> serta <i>ketaqwaan</i> yang tinggi kepada Allah.<span> </span>Berbeda pendapat adalah hal yang biasa, dan tidak selamanya merupakan ancaman bagi kesatuan umat. Yang dapat menimbulkan bencana adalah jika pendapat yang berbeda-beda tersebut dijadikan sebagai tempat berhukum, dengan tunduk kepada pendapat tertentu saja, tanpa berani melakukan kritik atau mengajukan pendapat lain. Keseragaman berfikir dalam semua hal adalah kemustahilan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menurutnya, setiap muslim harus memandang bahwa hasil <i>ijtihad</i> ulama masa lalu sebagai hasil pemikiran manusia biasa yang tidak selamanya benar. Sikap yang harus diambil umat Islam dalam perbedaan pendapat adalah kembali kepada sumber asli . Untuk itu, Abduh menunjukkan dua cara yang harus dilakukan oleh umat Islam - sesuai dengan adanya dua kelompok sosial yang biasanya terdapat dalam masyarakat Islam- yaitu mereka yang memilki ilmu pengetahuan dan yang awam. Dia berpendapat bahwa kelompok pertama wajib melakukan <i>ijtihad</i> langsung kepada al Qur’an dan as Sunnah. Dalam hal ini <i>ijtihad</i> dituntut, karena kekosongan <i>ijtihad</i> dapat menyebabkan mereka akan mencari keputusan hukum di luar ketentuan <i>syara’</i>. Dalam perkembangan zaman, tidak dapat ditahan laju perkembangan situasi dan kondisi yang muncul. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian ulang tentang beberapa pendapat hasil <i>ijtihad</i> ulama terdahulu, agar hasil <i>ijtihad</i> itu selalu sesuai dengan situasi dan kondisinya. Jadi yang mereka <i>ijtihadkan</i> bukan hanya masalah-masalah yang belum ada hukumnya, tetapi juga juga mengadakan reinterpretasi terhadap hasil <i>ijtihad</i> terdahulu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Bagi kelompok kedua yang awam, sikap yang harus diambilnya adalah mengikuti pendapat orang yang mereka percayai, dengan mempertimbangkan kedalaman ilmu dan ketaqwaan dari orang yang diikutiya pendapatnya. Jadi setiap dikerjakan oleh orang awam mempunyai dasar kuat yang dia sendiri mengetahui dasarnya dan tidak mengamalkan suatu perbuatan secara pembabi buta. Dengan sikap ini, umat Islam akan selamat dari bahaya <i>taklid</i>. Abduh berpendapat bahwa kebenaran dapat didapatkan dimana-mana, tidak hanya pada seorang guru atau suatu <i>madzhab </i>tertentu. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menurut Rasyid Ridla, madzhab dalam pengertian Muhammad Abduh adalah lebih ditekankan pada cara pengambilan hukum dari <i>nash</i> yang ditempuh oleh seorang <i>mujtahid</i> tertentu. Jadi bukan dalam artian mengikuti dan tunduk pada hasil <i>mujtahid</i> tertentu, tetapi bermadzhab adalah dengan mengikuti cara-cara atau metode yang mereka tempuh dalam <i>beristinbath</i> hukum . Dengan demikian bermadzhab bukan bagi mereka yang awam, seperti umum dipahami, tetapi bagi mereka yang berijtihad dalam lingkungan madzhab tertentu. Mereka ini dalam istilah Ushul Fiqh adalah Mujtahid Bi al-Madzhab.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Maka fanatisme madzhab yang biasanya terjadi di kalangan awam dapat dihindari dan sikap <i>taklid</i> bisa diatasi. Akan tetapi, menurut Abduh, yang terjadi di masyarakat adalah sebaliknya. Generasi sesudah <i>mujtahid</i> mengikuti hasil <i>ijtihad</i> yang mereka dapatkan, bukan mengambil cara yang ditempuh oleh para imam. Akibatnya, terjadinya perselisihan pendapat yang membawa perpecahan di kalangan muslimin sendiri. Fanatisme madzhab pun mucul dan <i>taklid</i> tidak bisa dihindarkan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Abduh menuding para <i>fuqaha</i> sesudah <i>mujtahid</i> sebagai peletak batu pertama dari timbulnya fanatisme tersebut, dengan menambah atau memperluas hasil ijtihad para ulama terdahulu. Sehingga menurutnya ajaran agama dengan segala permasalahannya bukan semakin jelas, namun semakin rumit.<span> </span>Orang tidak bisa membedakan antara ajaran dasar Islam dengan ajaran <i>madzhab</i> yang bersumber dari <i>fuqaha</i>. Kitab madzhab dijadikan bahan rujukan dan kitab al Qur’an ditinggalkan, sehingga seakan-akan sia-sia Allah mengutus Rasul yang membawa kitab tersebut.<span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Oleh karena itu, dalam berijtihad kaum muslimin harus berpedoman kepada al Qur’an dan as Sunnah. Hal inilah yang mendorongnya untuk menggalakkan ijtihad di kalangan intelektual dan mengikis <i>taklid</i> buta dalam masyarakat. Beliau membandingkan sikap umat Islam yang demikian itu dengan sikap kaum Yahudi yang <i>taklid</i> kepada pendapat pemimpin agama mereka, seperti digambarkan Allah dalam surat at-Taubah, ayat 32. Sehingga mereka mengalami kemunduran setelah memperoleh kejayaan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tantangannya yang keras terhadap <i>taklid</i> tampaknya juga dilandasi oleh pandangan teologinya yang memberikan harkat yang tinggi kepada manusia dengan anugerah akal yang ada padanya, di samping kebebasan untuk mempergunkan akal tersebut. Dengan keduanya, seharusnya manusia juga mampu memahami <i>nash-nash</i> yang <i>mujmal</i>. Dengan demikian manusia tidak selayaknya tunduk dan mengikuti hasil pemikiran orang lain tanpa memikirkan alasan-alasan yang mendasari pendapat tersebut. Walaupun beliau juga mengakui bahwa tidak semua orang sanggup <i>berijtihad</i>. Akan tetapi bagi mereka yang awan pun <i>taklid</i> tidak boleh dilakukan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Di samping itu, agaknya apa yang dia saksikan di Barat juga merupakan salah satu sebab tantangannya yang keras terhadap <i>taklid</i>. Dia melihat kemajuan barat yang menurut pemahamnnya disebabkan oleh terbebasnya mereka dari ikatan <i>taklid</i> dan bebasnya mereka dalam menggunakan akal dalam berpikir dan memahami sesuatuTampaknya Abduh menginginkan keadaan seperti itu bisa diterapkan di kalangan muslimin, sehingga kemajuan di Barat dapat juga dirasakan kaum muslimin dengan lebi baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span><b>2. Bagian Aqidah</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebagai seorang pemikir yang termasuk mengagungkan akal sebagai sumber inspirasi kehidupan, Abduh sedikit banyak dipengaruhi pemikiran-pemikiran mu’tazilah. Hal ini terlihat dari buku-bukunya, di antaranya Risâlah Tauhîd. Pemikiran Abduh mengenai qada dan qadar, agaknya sejalan dengan sikap dan pandangan hidupnya yang dinamis. Di samping memandang <i>qada</i> dan <i>qadar</i> sebagai salah satu segi aqidah Islamiyah yang penting, ia juga menekankan pentingnya pemahaman yang benar dalam masalah ini. Meskipun tampaknya dia tidak menyebut soal <i>qada</i> dan <i>qadar</i> sebagai salah satu pilar-pilar keimanan, tetapi dia memasukkan masalah ini ke dalam aspek aqidah Islamiyah. Rupanya, pendapat Abduh ini tidak jauh berbeda, untuk tidak dikatakan sama, dari pendapat gurunya, Jamaluddin al Afghany dalam masalah ini. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menurutnya, bahwa keyakinan yang benar tentang masalah <i>qada</i>' dan <i>qadar</i> akan menbawa muslimin ke arah kejayaan dan kemajuan. Sebaliknya pemahaman yang salah terhadap keduanya, akan menyebabkan mereka ke dalam kehancuran. Seperti yang pernah terlihat dalam sejarah Islam.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Pemahaman Abduh tentang hal ini, mungkin disebabkan kondisi yang dilihat olehnya, baik dalam pengembaraannya ke negeri-negeri Barat, maupun kondisi Mesir sendiri yang masih dalam jajahan Perancis. Dia melihat aqidah yang dianut umumnya umat Islam ketika itu, yaitu paham <i>qada'</i> dan <i>qadar</i> yang telah berwujud fatalisme, yang justru telah membuat mereka dalam keadaan statis dan beku. Konsekuensinya, umat semakin mundur dan tidak ada kemauan untuk berbuat yang lebih baik.<span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam bukunya,<i>Risalah Tauhid</i>, kita temukan bahwa <i>qada</i>' dan <i>qadar</i> dalam pandangan dan pemikiran Abduh mempunyai pengertian yang berbeda dari yang umumnya dianut muslimin umumnya. <i>Qada'</i> menurutnya berarti “terkaitnya Ilmu Tuhan dengan sesuatu yang diketahui <i>(wuqû’ al-sya’ ‘ala al-ilahi bi al-syai’)</i>. Sedangkan <i>qadar</i> adalah "terjadinya sesuatu sesuai dengan ilmu Tuhan" <i>(wuqû’ al-Syai’ ‘ala Hasb al-‘Ilm)</i>. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dengan kata lain, tidak ada sesuatu pun yang terjadi di alam ini yang berada di luar jangkaun ilmu Tuhan. Termasuk segala yang dipilih manusia sesuai kemauan dan kebebasan yang diberikan Tuhan kepadanya. Hal ini berarti bahwa <i>qada'</i> dan <i>qadar</i> tidak menunjukkan adanya paksaan kepada manusia untuk melakukan sesuatu perbuatan. Tuhan hanya mengetahui segala yang dilakukan oleh manusia, bukan menetapkan di zaman azali apa yang harus dilakukan manusia. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Konsekuensi logis dari pendapat ini adalah manusia bebas menjatuhkan pilihannya. Dan apapun perbuatan yang dipilih dan dilakukannya, Tuhan telah lebih mengetahuinya. Jadi, peran Tuhan dalam hal ini adalah mengetahui, dan peran tersebut tidak menjadi penghalang bagi kebebasan manusia dalam memilih perbuatan sesuai dengan kehendak bebasnya yang diberikan Tuhan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Mempercayai <i>qada'</i> dan <i>qadar</i>, menurutnya adalah juga meyakini bahwa setiap kejadian atau peristiwa dilatar belakangi oleh sebab. Rangkaian sebab-sebab tersebut menciptakan suatu keteraturan.<span> </span>Sehingga kejadian atau peristiwa yang telah berlalu dapat ditelusuri atau dipelajari. Sumber dari segala sebab tersebut, menurut Abduh, adalah Allah, Tuhan yang mengatur segala sesuatu menurut kebijaksanaan-Nya. Dia menjadikan setiap peristiwa menurut hukumnya sendiri yang merupakan komponen dari suatu kerangka atau sistim yang tidak berubah-ubah. Itulah yang disebutnya dengan istilah <i>sunnatullah</i> (hukum alam Tuhan), dan manusia tidak dapat melepaskan diri serta harus tunduk kepada setiap sunnah yang ditetapkan Tuhan. Maka, keyakinan yang kuat terhadap hukum alam bukanlah berarti mengingkari adanya kekuasaan Tuhan, justru hal itu sejalan dengan keyakinan akan kekuasaan-Nya yang telah menciptakan hukum alam tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dengan demikian, nasib manusia akan sesuai dengan apa yang telah dipilihnya. Pandangan Abduh yang demikian akan lebih jelas terlihat ketika dia membicarakan masalah perbuatan manusia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Menurutnya, manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam memilih dan menentukan perbuatannya. Manusia dengan akalnya mempertimbangkan akibat perbuatan yang akan dilakukan, kemudian dia mengambil keputusan dengan kemauannya sendiri dan selanjutnya mewujudkan perbuatan itu dengan daya yang ada pada dirinya. Jelas bahwa bagi Muhammad Abduh, manusia secara alami mempunyai kebebasan dalam menentukan kemauan dan perbuatan. Manusia tidak berbuat sesuatu kecuali setelah dia mempertimbangkan akibat-akibatnya dan atas pertimbangan inilah dia mengambil keputusan melaksanakan atau tidak melaksanakan perbuatan yang dimaksud.<span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Namun, manusia tidak mempunyai kebebasan tanpa batas atau kebebasan absolut. Abduh membatasi kebebasan manusia dengan memberikan contoh yang tergambar dalam peristiwa-peristiwa alamiah, seperti angin badai, kebakaran dan peristiwa-peristiwa lain yang tak terduga.<span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 25.5pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Artinya, kebebasan manusia mempunyai batas-batasnya, terutama sekali karena di atas manusia masih ada kekuasaan Tuhan. Kekuasaan Tuhan yang membatasi kemauan dan kebebasan manusia itu terjadi melalui hukum ciptaan Tuhan.<span> </span>Tuhan menjadikan segala wujud di alam ini di bawah hukum alam, dalam suatu sistim hukum sebab akibat yang ditetapkan-Nya.<span> </span>Atas dasar itu, kiranya dapat dikatakan bahwa terjadinya peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan kerugian pada manusia sebenarnya disebabkan oleh ketidakmampuan manusia sendiri dalam menguasai dan mengantisipasi hukum alam yang berintikan hukum sebab akibat itu. Dengan kata lain, peristiwa alam yang membawa kerugian bagi manusia disebabkan oleh karena manusia tidak mampu mengantisispasi sifat-sifat dari hukum alam yang bersangkutan. Jadi, hukum alamlah sesungguhnya yang membatasi kemauan dan kebebasan manusia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: left;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: left;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">DAFTAR PUSTAKA</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 6pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -9.95pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Muhammad Abduh, <i>Risalah Tauhid, </i>Cet. VII,<i> </i>Dar al Manar, 1353 H, Mesir</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 6pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -9.95pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Muhammad Rasyid Ridha, <i>Târîkh Ustadz al-Imam al-Syaikh Muhammad Abduh</i>, Juz I, Cet. II, Dar al-Manâr, 1367 H, Mesir</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 6pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -9.95pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span> </span>Harun Nasution, Muhammad Abduh dalam Teologi Rasional Mu’tazilah, Universitas Indonesia, 1981, Jakarta</span></div>Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-51343057480129890692011-06-07T06:29:00.000-07:002011-06-07T06:29:15.250-07:00Rusia-Iran Sepakat Kerjasama Nuklir, AS Masih Curiga<!--[if !mso]> <style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:EnableOpenTypeKerning/> <w:DontFlipMirrorIndents/> <w:OverrideTableStyleHps/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
</style> <![endif]--> <br />
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">AS mengaku skeptis dengan kesepakatan sementara antara Rusia dan Iran yang tercapai akhir minggu kemarin, di mana dalam kesepakatan itu Rusia menyatakan akan membantu Iran memperkaya uraniumnya.</span> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Juru bicara Gedung Putih Scott McClellan mengatakan, pihaknya akan melihat dulu bagaimana detil dari kesepakatan itu. "Melihat sejarah mereka, anda bisa memahami mengami kami tetap skeptis," katanya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Seperti diketahui pada hari Minggu kemarin, Rusia dan Iran secara prinsip menyetujui kerjasama pengayaan uranium di wilayah Rusia. Kesepakatan ini merupakan terobosan di tengah-tengah tekanan internasional yang mencurigai program nuklir Iran.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pemerintahan Bush akhirnya mendukung usulan Rusia, bahwa aktivitas pengayaan dilakukan di luar Iran dan semua bahan bakar yang dihabiskan dikembalikan ke Rusia. Namun dalam komentarnya McClellan menekankan negosiasi lebih lanjut atas detil kesepakatan yang ada dan atas pernyataan seorang pejabat Iran yang mengatakan bahwa Tehran juga ingin melanjutkan pengayaan uraniumnya di wilayah negaranya sendiri. Untuk itu, kata McClellan, Gedung Putih meragukan bahwa kesepakatan itu akan mengatasi kekhawatiran AS dan negara-negara lainya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Rusia mengatakan, dari hasil pembicaraannya dengan Iran, Iran menyatakan tidak akan menghentikan dan akan melanjutkan program nuklirnya sampai jajaran gubernur Internasional Atomic Energy Agency (IAEA) bertemua di Iran minggu depan. Pertemuan dengan IAEA itu kemungkinan akan mengarah pada proses penjatuhan sangsi oleh Dewan Keamanan PBB, yang memiliki otoritas untuk menerapkan sangsi pada Iran.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Menghadapi ancaman itu, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad sepanjang Senin (27/2) kemarin berusaha meyakinkan kembali negara-negara tetangganya tentang program nuklir Iran. Ahmadinejad mengatakan, negaranya adalah 'seorang tetangga yang baik' yang menginginkan stabilitas di wilayah sekitarnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">"Kami ingin perdamaian, keamanan, kemajuan untuk semua negara di wilayah ini, khususnya negara-negara tetangga kami," katanya pada para wartawan dalam kunjungan singkat ke Kuwait.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">"Sejarah membuktikan bahwa Iran adalah tetangga yang baik bagi negara-negara di sekitarnya. Kami hanya mengembangkan bahan bakar nuklir untuk keperluan damai," sambungnya. (ln/aljz)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">http://www.eramuslim.com </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-28733336510319868572011-05-02T01:06:00.000-07:002011-05-02T01:06:01.037-07:00<div style="text-align: justify;"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> </div><h1 style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB">“Soft Diplomacy” Iran</span></h1><div> </div><div style="text-align: justify;"><em><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;"></span></em><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">16 Oktober lalu di Teheran telah menarik perhatian media dan banyak negara di tengah-tengah krisis nuklir Iran dan meningkatnya ketegangan hubungan AS-Iran berkaitan dengan perkembangan di Irak dan Timur Tengah. KTT tersebut dipandang sebagai suatu milestone dalam kerja sama regional yang berkaitan dengan berbagai isu negara-negara litoral Laut Kaspia. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">KTT yang dihadiri Presiden Azerbaijan, Iran, Kazakhstan, Rusia, dan Turkmenistan ini merupakan pertemuan kedua setelah Ashgabat, Turkmenistan, tahun 2002 dan sekaligus kunjungan pemimpin Kremlin pertama ke Iran sejak Josef Stalin hadir dalam Teheran Conference bersama Winston Churchill dan Franklin Roosevelt tahun 1943. Fokus dalam KTT adalah energi, kerja sama regional, status legal Laut Kaspia, dan proyek ekonomi bilateral. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Bagi Presiden Vladimir Putin, KTT ini juga menjadi upaya Rusia mengembangkan minyak dan gas alam yang ada di Iran, termasuk kebijakan pemasaran sphere of export Rusia dengan memasukkan Iran dalam kartel ekspor gas di bawah kontrol Rusia. Hal ini juga jelas terlihat dalam upaya Rusia pada Gas Exporting Countries Forum awal tahun 2007 ini. Dengan mengeksploitasi ketegangan AS-Iran dan ancaman sanksi AS terhadap investasi sektor energi Iran, Moskwa tampaknya memiliki kepentingan membawa Iran dalam pasar gas internasionalnya. </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Kebijakan Washington</span></strong><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Joint statement Putin-Ahmadinejad telah menantang kebijakan Washington terhadap isu Iran dan kebijakan sanksi AS bagi negara tersebut. Rusia akan memilih posisi timing keterlibatannya dalam pengembangan gas alam Iran. Atau memutuskan menundanya dengan imbalan konsesi Barat untuk isu yang lain, yang tentunya tidak berkaitan dengan isu energi. Putin tampaknya menempatkan isu Iran sebagai quid pro quo keamanan Eropa dan isu pengawasan senjata dalam pertemuannya dengan Condoleezza Rice dan Robert Gates beberapa waktu sebelumnya di Moskwa. Namun, bukan tidak mungkin Putin tetap memberikan otorisasi bagi Gazprom beroperasi di Iran dan mengabaikan sanksi AS (di mana perusahaan Eropa juga tidak dapat beroperasi karena sanksi tersebut). </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Sementara itu, Rusia menolak konstruksi trans-Caspian pipelines yang didukung AS yang akan menghubungkan Kazakhstan dan Turkmenistan, via Azerbaijan, langsung ke Eropa. Laut Kaspia dan sumber daya minyak dan gas alamnya merupakan cadangan terbesar ketiga di dunia. Tahun 1921, Iran dan Uni Soviet menandatangani perjanjian yang membagi dua Laut Kaspia. Kawasan ini memiliki cadangan minyak 49 billion barrel—atau sama dengan produksi setengah anggota OPEC seperti Kuwait—dan cadangan gas alam sebesar 230 trillion cubic feet. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Iran memiliki cadangan minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi dan cadangan gas terbesar kedua setelah Rusia. Posisi geostrategis Iran dengan jaringan pipelines-nya dan sebagai produsen OPEC terbesar kedua juga menjadikannya aktor kunci dalam energi dunia. Devisa ekspor minyak Iran mencapai sedikitnya 45 miliar dollar AS tahun 2007 atau 50 persen dari anggaran belanja tahunannya. Iran juga menyuplai 5 persen minyak dunia. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Bagi Iran, KTT tersebut merupakan kesuksesan tersendiri bersama-sama dengan Rusia. Teheran tampaknya akan menggunakan peluang tersebut sebagai stepping stone untuk keanggotaan penuhnya dalam Shanghai Cooperation Organization (SCO), yang dianggap sebagai security counterweight terhadap NATO dan hegemoni AS. </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Konvergensi kepentingan</span></strong><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Iran dan Rusia memiliki kepentingan yang sama dalam menghadapi kebijakan interventionist AS dan berupaya mengembangkan hubungan strategis baru di kawasan Eurasia. Baik Iran maupun Rusia saat ini merupakan obyek dari American coercion, tujuan dan kepentingan keamanan nasional kedua negara mengalami tantangan pasca-”9/11″. Rusia dan Iran juga memiliki hubungan khusus dengan mantan Uni Soviet sejak tahun 1921 dan 1940 mengenai pengaturan Laut Kaspia. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Pesan dari Caspian Summit kenyataannya tidak lebih dari perlunya demokratisasi tata internasional dengan upaya sebagian negara menghambat apa yang disebut sebagai American “leviathan”, seperti yang ditunjukkan dalam kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan tersebut, termasuk melarang negara lain menggunakan Caspian littoral states untuk menyerang negara lainnya, termasuk upaya militer AS menggunakan Azerbaijan untuk menyerang Iran. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Apa yang dicapai dari KTT ini adalah upaya diplomasi Iran dan evolusi strategis kebijakan luar negeri Rusia yang tidak lagi tergantung pada prioritas kepentingan taktis di atas kepentingan strategisnya. Dengan mencapai level ini, Moskwa sekarang memasuki hubungan strategis baru dengan Iran guna memenuhi kepentingan geostrategis dan keamanannya di kawasan Eurasia. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Menurut Presiden Vladimir Putin, Iran adalah kekuatan global dan regional yang penting dalam pertemuannya dengan Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang dianggap pemimpin dunia ketiga menghadapi kebijakan AS yang dominan di panggung politik dunia. Iran berupaya melalui KTT Kaspia ini agar kebijakan luar negeri Ahmadinejad membuka ruang gerak baru bagi diplomasi Iran, tidak hanya terhadap Kaspia, Kaukasus, dan Central Asia, tetapi juga citra Iran di Timur Tengah. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">“Soft diplomacy” Iran</span></strong><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Meskipun masih banyak isu yang belum dapat diselesaikan dalam KTT yang baru lalu dalam mendorong kerja sama regional di antara lima Caspian littoral states, namun telah jauh berbeda dibandingkan KTT pertama tahun 2002. Tetapi, iklim geostrategis dalam KTT telah mendukung Iran dengan joint communique yang menolak agresi militer terhadap Iran, termasuk pernyataan Presiden Putin yang sangat tegas dalam hal ini. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Komitmen Rusia terhadap pembangkit nuklir Bushehr di Iran juga menunjukkan dukungan yang signifikan terhadap Iran yang menghadapi tekanan akibat aktivitas pengayaan uraniumnya. Dapat diduga pernyataan Presiden Rusia ini akan memprovokasi kemarahan Washington. Ini juga menunjukkan sinyal akhir dari diplomatic consensus Rusia-AS vis-à-vis Iran. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Teheran Summit dan hasilnya menjadi setback yang serius bagi diplomasi Washington terhadap isu Iran, namun juga menunjukkan dampak diplomasi Rusia yang menyebabkan Moskwa dan Washington akan mencapai dead end. Namun, di sisi lain, kebijakan baru Putin terhadap Iran juga berisiko, terutama jika hal itu tidak menghasilkan kerja sama Iran yang lebih dalam hal isu nuklirnya. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Apa yang disebut lonely superpower oleh Samuel Huntington tampaknya dapat dialami AS yang merasa kehilangan coalition of the willing-nya menghadapi Iran, baik di dalam maupun luar PBB. Pilihan yang ada adalah tetap berkeras tidak menyesuaikan kebijakan yang diperlukan terhadap Iran atau menghadapi diplomatic defeat di global arena. Soft-power diplomacy yang dilakukan Iran telah memberikan arti tersendiri bagi kesuksesan KTT dan frustrasi AS terhadap upaya coercive diplomacy-nya. </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span lang="EN-GB" style="font-family: Arial; font-size: 10.0pt;">Leonard Hutabarat <em><span style="font-family: Arial;">Alumnus Institut d’Etudes Politiques de Paris</span></em> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-17065231697741996592011-03-02T21:12:00.001-08:002011-03-02T21:12:38.581-08:00Piagam Jakarta And Piagam Madinah<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Piagam Jakarta</span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> adalah hasil kompromi tentang dasar negara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a> yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan dan disetujui pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/22_Juni" title="22 Juni">22 Juni</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945" title="1945">1945</a> antara pihak Islam dan kaum kebangsaan (nasionalis). Panitia Sembilan merupakan panitia kecil yang dibentuk oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/BPUPKI" title="BPUPKI">BPUPKI</a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Di dalam Piagam Jakarta terdapat lima butir yang kelak menjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila" title="Pancasila">Pancasila</a> dari lima butir, sebagai berikut:</span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kemanusiaan yang adil dan beradab</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Persatuan Indonesia</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada saat penyusunan UUD pada Sidang Kedua <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/BPUPKI" title="BPUPKI">BPUPKI</a>, Piagam Jakarta dijadikan <b>Muqaddimah</b> (<i><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Preamble&action=edit&redlink=1" title="Preamble (halaman belum tersedia)">preamble</a></i>). Selanjutnya pada pengesahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/UUD_45" title="UUD 45">UUD 45</a> 18 Agustus 1945 oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/PPKI" title="PPKI">PPKI</a>, istilah Muqaddimah diubah menjadi <b>Pembukaan UUD</b> setelah butir pertama diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Perubahan butir pertama dilakukan oleh Drs. M. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hatta" title="Hatta">Hatta</a> atas usul <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/A.A._Maramis" title="A.A. Maramis">A.A. Maramis</a> setelah berkonsultasi dengan Teuku Muhammad Hassan, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kasman_Singodimedjo" title="Kasman Singodimedjo">Kasman Singodimedjo</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Bagus_Hadikusumo" title="Ki Bagus Hadikusumo">Ki Bagus Hadikusumo</a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Republik" title="Ejaan Republik">ejaan Republik</a> dan ditandatangani oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ir._Soekarno" title="Ir. Soekarno">Ir. Soekarno</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta" title="Mohammad Hatta">Mohammad Hatta</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/A.A._Maramis" title="A.A. Maramis">A.A. Maramis</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abikoesno_Tjokrosoejoso" title="Abikoesno Tjokrosoejoso">Abikoesno Tjokrosoejoso</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abdulkahar_Muzakir&action=edit&redlink=1" title="Abdulkahar Muzakir (halaman belum tersedia)">Abdulkahar Muzakir</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Salim" title="Agus Salim">H.A. Salim</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Achmad_Subardjo" title="Achmad Subardjo">Achmad Subardjo</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wahid_Hasjim" title="Wahid Hasjim">Wahid Hasjim</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Yamin" title="Muhammad Yamin">Muhammad Yamin</a></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><b><span style="color: blue;">Naskah Piagam Jakarta</span></b> Bahwa sesungguhnja kemerdekaan itu jalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka pendjadjahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.<br />
<br />
Dan perdjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai (lah) kepada saat jang berbahagia dengan selamat-sentausa mengantarkan rakjat Indonesia kedepan pintu gerbang Negara Indonesia jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.<br />
<br />
Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaja berkehidupan kebangsaan jang bebas, maka rakjat Indonesia menjatakan dengan ini kemerdekaannja.<br />
<br />
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia Merdeka jang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah-darah Indonesia, dan untuk memadjukan kesedjahteraan umum, mentjerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia, jang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indnesia, jang berkedaulatan rakjat, dengan berdasar kepada: keTuhanan, dengan <b><span style="color: #009900;">kewadjiban mendjalankan sjari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknja</span></b>, menurut dasar kemanusiaan jang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksanaan dalam permusjawaratan perwakilan, serta dengan mewudjudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakjat Indonesia.<br />
<br />
Djakarta, 22 Juni 1945<br />
<br />
Ir. Soekarno<br />
Mohammad Hatta<br />
A.A. Maramis<br />
Abikusno Tjokrosujoso<br />
Abdulkahar Muzakir<br />
H.A. Salim<br />
Achmad Subardjo<br />
Wachid Hasjim<br />
Muhammad Yamin</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">PIAGAM MADINAH</b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -.25in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b>PEMBENTUKAN UMAT</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -.25in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b>HAK ASASI MANUSIA</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -.25in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b>PERSATUAN SEAGAMA</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -.25in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b>PERSATUAN SEGENAP WARGANEGARA</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -.25in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b>GOLONGAN MINORITAs</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -.25in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b>Tugas warga Negara</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -.25in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri;"><span style="mso-list: Ignore;">7.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b>Melindungi Negara</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -.25in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri;"><span style="mso-list: Ignore;">8.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b>Pimpinan negARA</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -.25in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri;"><span style="mso-list: Ignore;">9.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b>POLITIK PERDAMAIAN</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;"><b><span style="color: darkred; font-family: "Times New Roman"; font-size: 18.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Teks Piagam Madinah</span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Teks Piagam Madinah<br />
<br />
Sebagai produk yang lahir dari rahim peradaban Islam, Piagam Madinah diakui sebagai bentuk perjanjian dan kesepakatan bersama bagi membangun masyarakat Madinah yang plural, adil, dan berkeadaban. Di mata para sejarahwan dan sosiolog ternama Barat, Robert N. Bellah, Piagam Madinah yang disusun Rasulullah itu dinilai sebagai konstitusi termodern di zamannya, atau konstitusi pertama di dunia.<br />
<br />
Berikut petikan lengkap terjemahan Piagam Madinah yang terdiri dari 47 pasal:<br />
<br />
Preambule: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ini adalah piagam dari Muhammad, Rasulullah SAW, di kalangan mukminin dan muslimin (yang berasal) dari Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikuti mereka, menggabungkan diri dan berjuang bersama mereka.<br />
<br />
Pasal 1: <br />
Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komunitas) manusia lain.<br />
<br />
Pasal 2: <br />
Kaum Muhajirin (pendatang) dari Quraisy sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.<br />
<br />
Pasal 3: <br />
Banu 'Awf, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara mukminin.<br />
<br />
Pasal 4: <br />
Banu Sa'idah, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.<br />
<br />
Pasal 5: <br />
Banu al-Hars, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.<br />
<br />
Pasal 6: <br />
Banu Jusyam, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.<br />
<br />
Pasal 7: <br />
Banu al-Najjar, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.<br />
<br />
Pasal 8: <br />
Banu 'Amr Ibn 'Awf, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.<br />
<br />
Pasal 9: <br />
Banu al-Nabit, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.<br />
<br />
Pasal 10: <br />
Banu al-'Aws, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.<br />
<br />
Pasal 11: <br />
Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat menanggung utang di antara mereka, tetapi membantunya dengan baik dalam pembayaran tebusan atau diat.<br />
<br />
Pasal 12: <br />
Seorang mukmin tidak dibolehkan membuat persekutuan dengan sekutu mukmin lainnya, tanpa persetujuan dari padanya.<br />
<br />
Pasal 13: <br />
Orang-orang mukmin yang takwa harus menentang orang yang di antara mereka mencari atau menuntut sesuatu secara zalim, jahat, melakukan permusuhan atau kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu dalam menentangnya, sekalipun ia anak dari salah seorang di antara mereka.<br />
<br />
Pasal 14: <br />
Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran (membunuh) orang kafir. Tidak boleh pula orang mukmin membantu orang kafir untuk (membunuh) orang beriman.<br />
<br />
Pasal 15: <br />
Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang dekat. Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak tergantung pada golongan lain.<br />
<br />
Pasal 16: <br />
Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang (olehnya).<br />
<br />
Pasal 17: <br />
Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di jalan Allah Allah, kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka.<br />
<br />
Pasal 18: <br />
Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu-membahu satu sama lain.<br />
<br />
Pasal 19: <br />
Orang-orang mukmin itu membalas pembunuh mukmin lainnya dalam peperangan di jalan Allah. Orang-orang beriman dan bertakwa berada pada petunjuk yang terbaik dan lurus.<br />
<br />
Pasal 20: <br />
Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa orang (musyrik) Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman.<br />
<br />
Pasal 21: <br />
Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali si terbunuh rela (menerima diat). Segenap orang beriman harus bersatu dalam menghukumnya.<br />
<br />
Pasal 22: <br />
Tidak dibenarkan bagi orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada Allah dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat kediaman kepadanya. Siapa yang memberi bantuan atau menyediakan tempat tinggal bagi pelanggar itu, akan mendapat kutukan dan kemurkaan Allah di hari kiamat, dan tidak diterima daripadanya penyesalan dan tebusan.<br />
<br />
Pasal 23: <br />
Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah 'azza wa jalla dan (keputusan) Muhammad SAW.<br />
<br />
Pasal 24: <br />
Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.<br />
<br />
Pasal 25: <br />
Kaum Yahudi dari Bani 'Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarganya.<br />
<br />
Pasal 26: <br />
Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Banu 'Awf.<br />
<br />
Pasal 27: <br />
Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu 'Awf.<br />
<br />
Pasal 28: <br />
Kaum Yahudi Banu Sa'idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu 'Awf.<br />
<br />
Pasal 29: <br />
Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu 'Awf.<br />
<br />
Pasal 30: <br />
Kaum Yahudi Banu al-'Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu 'Awf.<br />
<br />
Pasal 31: <br />
Kaum Yahudi Banu Sa'labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu 'Awf, kecuali orang zalim atau khianat. Hukumannya hanya menimpa diri dan keluarganya.<br />
<br />
Pasal 32: <br />
Suku Jafnah dari Sa'labah (diperlakukan) sama seperti mereka (Banu Sa'labah).<br />
<br />
Pasal 33: <br />
Banu Syutaybah (diperlakukan) sama seperti Yahudi Banu 'Awf. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu lain dari kejahatan (khianat).<br />
<br />
Pasal 34: <br />
Sekutu-sekutu Sa'labah (diperlakukan) sama seperti mereka (Banu Sa'labah).<br />
<br />
Pasal 35: <br />
Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi).<br />
<br />
Pasal 36: <br />
Tidak seorang pun dibenarkan (untuk perang), kecuali seizin Muhammad SAW. Ia tidak boleh dihalangi (menuntut pembalasan) luka (yang dibuat orang lain). Siapa berbuat jahat (membunuh), maka balasan kejahatan itu akan menimpa diri dan keluarganya, kecuali ia teraniaya. Sesungguhnya Allah sangat membenarkan (ketentuan) ini.<br />
<br />
Pasal 37: <br />
Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya, dan bagi kaum muslimin ada kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu-membantu dalam menghadapi musuh Piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasihat. Memenuhi janji lawan dari khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan diberikan kepada pihak yang teraniaya.<br />
<br />
Pasal 38: <br />
Kamu Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.<br />
<br />
Pasal 39: <br />
Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya "haram" (suci) bagi warga Piagam ini.<br />
<br />
Pasal 40: <br />
Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang tidak bertindak merugikan dan tidak khianat.<br />
<br />
Pasal 41: <br />
Tidak boleh jaminan diberikan, kecuali seizin ahlinya.<br />
<br />
Pasal 42: <br />
Bila terjadi suatu peristiwa atau perselisihan di antara pendukung Piagam ini, yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah 'azza wa jalla, dan (keputusan) Muhammad SAW. Sesungguhnya Allah paling memelihara dan memandang baik isi Piagam ini.<br />
<br />
Pasal 43: <br />
Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan juga bagi pendukung mereka.<br />
<br />
Pasal 44: <br />
Mereka (pendukung Piagam) bahu-membahu dalam menghadapi penyerang kota Yatsrib.<br />
<br />
Pasal 45: <br />
Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak lawan) memenuhi perdamaian serta melaksanakan perdamaian itu, maka perdamaian itu harus dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu, kaum mukminin wajib memenuhi ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang menyerang agama. Setiap orang wajib melaksanakan (kewajiban) masing-masing sesuai tugasnya.<br />
<br />
Pasal 46: <br />
Kaum yahudi al-'Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban seperti kelompok lain pendukung Piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan penuh dari semua pendukung Piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu berbeda dari kejahatan (pengkhianatan). Setiap orang bwertanggungjawab atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah paling membenarkan dan memandang baik isi Piagam ini.<br />
<br />
Pasal 47: <br />
Sesungguhnya Piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali orang yang zalim dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik dan takwa. Dan Muhammad Rasulullah SAW. (her/piagam madinah dan uud)<br style="mso-special-character: line-break;" /> <br style="mso-special-character: line-break;" /> </span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
</span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Franklin Gothic Medium"; font-size: 15.0pt; mso-bidi-font-family: "Courier New"; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">INDAHNYA ISLAM NIKMATNYA JADI MUSLIM</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 15.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">,</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in;"><br />
</div>Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-83245780928109031722011-02-22T23:53:00.000-08:002011-02-22T23:53:30.387-08:00Perdagangan Internasional<div style="text-align: center;"><b>ACFTA: BERKAH ATAU BENCANA BAGI INDONESIA?</b></div><div style="text-align: justify;">SEJAK 1 Januari 2010, perjanjian perdagangan bebas antara China dan enam negara anggota ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Brunei Darussalam) yang lebih dikenal dengan ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) telah dimulai. <br />
Perjanjian yang menyepakati adanya ASEANChina Free Trade Area (ACFTA) sebenarnya sudah direncanakan sejak 2002 dan ditandatangani pada 4 November 2004 di Phnom Penh, Kamboja. Konsekuensi dari adanya perjanjian tersebut adalah pembukaan pasar dalam negeri secara luas untuk dapat dimasuki barang-barang industri dari negara yang ikut dalam perjanjian tersebut. Tidak dapat dimungkiri posisi China yang sangat berpengaruh pada tataran perekonomian internasional membuat setiap negara ingin melaksanakan kerja sama dan berguru kepada mereka seperti ungkapan “belajarlah hingga ke negeri China”. <br />
Pertumbuhan ekonomi dan perdagangan China yang sangat pesat saat ini merupakan langkah nyata keberhasilan Pemerintah China dalam membangun perekonomian dan perdagangan internasionalnya. Perekonomian China yang berorientasi pada ekspor menjadi tantangan bagi negaranegara di dunia, khususnya negara berbasis industri. Namun, sudah seharusnya Indonesia tidak hanya belajar dari keberhasilan China dalam membangun perekonomiannya, tetapi juga harus belajar dari pengalaman bangsa lain tentang China, khususnya dalam hubungan dagang internasional dan mentalitas atau kebijakan dalam negeri yang mereka laksanakan. <br />
Pro dan kontra keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian tersebut sangat jelas terasa. Pihak yang pro menyatakan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam ACFTA tidak berarti ancaman serbuan produkproduk China ke Indonesia, tetapi merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke China dan negara-negara ASEAN serta peluang tumbuhnya investor dari negara-negara tersebut yang akan menanamkan modalnya di Indonesia guna membuka lapangan usaha baru untuk menyerap tenaga kerja di Indonesia. Di samping itu, dengan adanya ACFTA, konsumen di Indonesia juga akan diuntungkan dengan adanya barang-barang yang lebih murah yang akan masuk ke Indonesia sehingga daya beli masyarakat akan naik. <br />
Pandangan akan keuntungan yang didapatkan Indonesia dengan keikutsertaannya dalam ACFTA ini berbeda dengan pihak yang menentangnya. Ada kekhawatiran akan dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya perjanjian tersebut bagi kelangsungan hidup industri lokal, khususnya industri mikro, kecil, dan menengah yang saat ini masih berjalan terseok-seok. Mereka menganggap bahwa saat ini kebijakan-kebijakan pemerintah belum dapat menaikkan daya saing industri mikro, kecil, dan menengah di tengah kancah industri internasional, apalagi dengan adanya kebijakan baru dengan dibukanya pasar bebas tersebut sehingga ditakutkan industri mikro, kecil, dan menengah akan semakin terpuruk dan mati secara mengenaskan. <br />
The show must go on, inilah istilah yang tepat yang harus diterima masyarakat Indonesia dengan telah diberlakukannya kesepakatan ACFTA tersebut. Pelaksanaan ACFTA seharusnya tidak menjadi momok bagi masyarakat Indonesia. Memang tidak dapat disangkal bahwa di satu sisi kesepakatan tersebut akan banyak menguntungkan bagi para konsumen. Sementara di sisi lain juga dapat mengancam kelangsungan hidup produsen lokal. Akan tetapi dengan telah ditandatanganinya kesepakatan ini sejak lama, masyarakat Indonesia haruslah yakin bahwa pemerintah sudah memikirkan hal tersebut matang-matang. <br />
Masyarakat juga harus yakin bahwa pemerintah telah mempersiapkan segala sesuatunya baik sarana-prasarana serta kebijakan tambahan yang benar-benar prorakyat maupun langkah-langkah dalam menangani konsekuensi negatif yang ditimbulkannya. Dengan demikian keikutsertaan Indonesia dalam ACFTA dapat benar-benar membawa manfaat dan kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Jika hal tersebut dilihat dari sudut pandang dalam sistem ekonomi Islam yang saat ini masih terus berkembang, kewajiban negara dalam hal ini pemerintah telah diatur, salah satunya untuk memastikan tersedianya bahan baku, energi, modal, dan pembinaan terhadap pelaku ekonomi rakyatnya. <br />
Selain itu, negara juga berkewajiban mengatur ekspor dan impor barang sehingga benar-benar dapat mendatangkan kemaslahatan bagi masyarakat. Pembatasan ekspor bahan mentah dan peningkatan ekspor barang-barang hasil pengolahan yang lebih memiliki nilai tambah selama telah memenuhi kebutuhan dalam negeri adalah juga merupakan tugas dari pemerintah, demikian halnya dengan pembatasan impor barang-barang yang dapat mengancam industri dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih tegas dalam menerapkan semua kebijakan yang ada dengan memastikan bahwa barang-barang yang masuk ke Indonesia adalah merupakan barang-barang yang legal.<br />
Kesemuanya harus sesuai dengan standar yang ada di Indonesia dan memiliki kepastian akan kehalalannya. Semua itu harus dilakukan pemerintah karena negara adalah pelindung bagi rakyatnya. Di sisi lain, para pejabat dan masyarakat harus lebih meningkatkan sikap nasionalismenya dengan lebih mencintai produk-produk dalam negeri karena hal inilah yang akan menjadi tumpuan bagi tetap eksisnya keberadaan produk-produk lokal. <br />
Para pengusaha juga harus lebih meningkatkan daya saing dengan lebih meningkatkan mutu produk dengan selalu berinovasi guna memperoleh pasar lebih besar yang terbuka di negara-negara ACFTA serta meningkatkan ketahanan mental spiritualnya karena hal tersebut merupakan kunci sukses bagi para pengusaha. Demikian juga dengan para politikus, guna menghadapi ACFTA ini janganlah saling menghujat, tetapi bantulah dengan aksi nyata baik kritik yang bersifat membangun maupun bersifat solusi bagi semua pihak. (*)<br />
<br />
<br />
</div><div style="text-align: center;"><b>HADAPI AFTA, EKSPOR MOBIL INDONESIA TANCAP GAS</b></div><div style="text-align: justify;">Menghadapi ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) yang akan berlaku efektif 1 Januari 2010, Indonesia sudah siap menjadi basis produksi kendaraan bermotor yang pantas diperhitungkan di kawasan Asia Tenggara.<br />
Kesiapan itu dibuktikan oleh salah satu Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), yaitu PT Honda Prospect Motor (HPM) dengan mengekspor 1.000 unit Honda Freed ke Thailand, Senin (14/12), kemarin. Selain HPM, ada juga Toyota Astra Motor (TAM), Astra Daihatsu Motor (ADM) dan yang akan segera menyusul dalam waktu dekat adalah Hyundai Mobil Indonesia (HMI). Hyundai akan mengekspor H1.<br />
Menurut Presiden Direktur PT HPM Yukihiro Aoshima, ekspor 1.000 Honda Freed ke Thailand membuktikan bahwa kualitas pabrik Honda di Indonesia telah memenuhi standar dunia. “Prinsipal kami telah menunjuk Indonesia menjadi basis produksi Honda Freed di kawasan Asia Tenggara. Kami sangat bangga bahwa Honda Freed yang kami produksi akan dipasarkan di negara produsen otomotif besar seperti Thailand,” tambah Aoshima.<br />
Tak hanya Thailand, PT HPM juga akan memasok Honda Freed Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Di dua negara itu, Singapura dan Brunei, HPM telah mengirim 60 unit Honda Freed. Hingga saat ini, Honda Freed yang diluncurkan pertengahan tahun lalu itu telah terjual 8.483 unit hingga November 2009.<br />
Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar yang hadir saat pelepasan Freed ke Thailand, mengatakan bahwa kualitas manufaktur khususnya perakitan kendaraan bermotor di Indonesia telah diakui dan sudah memiliki standar internasional. “Ekspor Honda Freed ke Thailand ini adalah perisitiwa penting dan bersejarah untuk Indonesia. Apalagi, ini terjadi di tengah-tengah krisis ekonomi global yang belum pulih. Momentum ini adalah sinergi yg baik antara swasta dan pemerintah kedua belah pihak,” ujarnya.<br />
Kinerja ekspor otomotif dari 2004 sampai 2008, menurut Mahendra menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. “Tingkat pertumbuhannya 30 persen per tahun,” katanya. Pada 2004 tercatat US$909 juta, atau meningkat tiga kali lipat menjadi US$ 2,7 milyar pada 2008. (Sumber: inilah)<br />
Namun, tahun lalu kinerja ekspor otomotif Indonesia menurun menjadi US$ 1,057 juta pada Januari hingga Agustus akibat krisis global. Prestasi itu juga merosot 43,57 persen jika dibandingkan rapor Januari hingga Agustus 2008.<br />
Honda Freed pertama kali diperkenalkan di Jepang pada Mei 2008, dan meraih Best Value pada Car of The Year 2008-2009. Pada periode itu, Honda Freed juga mencatat angka penjualan tertinggi mobil jenis mini van di Jepang. Indonesia merupakan negara pertama di luar Jepang yang meluncurkan model Honda Freed pada akhir Juni 2009. (Sumber: inilah/ Foto: maxspeed)<br />
<br />
Source: Hadapi AFTA, Ekspor Mobil Indonesia Tancap Gas | Berita Cerita Kota Medan http://www.medantalk.com/hadapi-afta-ekspor-mobil-indonesia-tancap-gas/#ixzz1BBqRuWvT <br />
Copyright: www.MedanTalk.com </div>Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7385903702125107824.post-53401833493057851732011-02-22T01:33:00.001-08:002011-02-22T01:33:44.021-08:00sengketa pulau ambalat<!--[if !mso]> <style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="ListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level2 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;"><span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sejarah terjadinya sengketa Ambalat</span></b></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Suhu konflik memanas hingga mencapai titik ekstrem pada 2005 dan paruh pertama tahun ini. Itu semua beriringan dengan kesepakatan eksplorasi minyak dengan para raksasa tambang minyak di perairan yang diklaim memiliki cadangan minyak 2 miliar barel dan 3-5 triliun kubik gas alam cair (LNG) itu.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sikap Malaysia sendiri mengeras setelah gugatan mereka di Sipadan dan Ligitan dimenangkan Mahkamah Internasional pada 2002 yang membuat batas lautnya memanjang hingga cukup untuk mengklaim Ambalat, termasuk Blok XYZ yang berlimpah ruah gas. 108 tahun lalu, pada 1891, Inggris dan Belanda yang menguasai Kalimantan, menetapkan garis paralel 4 derajat 10 menit Lintang Utara sebagai batas administrasi kolonial mereka.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Pulau Sipadan dan Ligitan yang hanya sekian menit derajat dari garis batas kolonial itu menjadi milik Indonesia meskipun secara geografis lebih dekat ke pantai Malaysia. Pada 1979, Malaysia resmi mengklaim kedua pulau sebagai teritorinya, namun baru 23 tahun kemudian, pada 2002, Malaysia resmi memilikinya.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sukses di kedua pulau ini ternyata membuat Malaysia <i style="mso-bidi-font-style: normal;">"pede."</i> Tiga tahun setelah itu, pada 16 Februari 2005, Malaysia memberi konsesi penambangan minyak di Blok Ambalat, kepada Royal Dutch Shell dan Petronas. Seolah mengaplikasikan doktrin penguasaan laut dari pakar strategi perang Alfred Thayer Mahan yang dianut banyak rezim maritim dunia, Indonesia bereaksi keras terhadap langkah Malaysia itu dengan segera menggelar armada perang di Ambalat sebagai simbol kedaulatan RI di wilayah itu.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">"The Influence of Sea Power Upon History,"</i> Mahan menyebut penguasaan maritim oleh angkatan laut adalah kunci sukses dalam politik internasional. Penguasaan laut ini sebagai pilar bagi operasi kebijakan di darat (diplomasi dan militer) dan simbol penjagaan atas asset maritim dengan menghentikan manuver lawan di wilayah itu. Intinya, penggelaran kekuatan laut adalah deterens (pencegahan) terhadap musuh yang hendak memasuki area internasional yang disengketakan.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Ironisnya</span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">, Malaysia</span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> juga mengaplikasikan pendekatan serupa. Kedua negara pun berlomba meyakinkan dunia mengenai siapa yang berkuasa di Ambalat. Masalahnya, Malaysia akan amat sulit mendapatkan Ambalat ketimbang saat memperoleh Sipadan dan Ligitan tujuh tahun silam.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Bukan saja kedua negara mengadopsi pendekatan hukum internasional yang berbeda sehingga diplomasi menjadi amat alot, namun juga menghadapi Indonesia yang lebih militan dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">"all out"</i> di Ambalat, disamping juga lebih siap landasan hukumnya.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Spekulasi kemudian berkembang bahwa ekspedisi militer Malaysia di perairan Ambalat lebih ditujukan untuk memaksa Indonesia berbagi pengusahaan energi di blok itu, sebuah opsi yang sukses diterapkan Malaysia terhadap Thailand dalam sengketa Teluk Thailand.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Namun, solusi di Ambalat lebih sulit diambil karena blok kaya minyak itu telah diberikan kepada banyak perusahaan minyak. Celakanya bagi Malaysia, jauh-jauh hari Indonesia menolak opsi operasi bersama (joint operation) karena RI yakin 100 persen bahwa Ambalat, apalagi Blok XYZ , adalah wilayahnya.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Cerita berkembang ke sejarah eksplorasi minyak di daerah itu. Tanggal 8 Maret 2005, Straits Times mewartakan, pada 1960an Indonesia memberi konsesi minyak di Laut Sulawesi ke beberapa perusahaan minyak, termasuk Shell dan Chevron. Pada 1999, Shell menandatangani kontrak bagi-produksi dengan pemerintah Indonesia untuk mendapatkan akses ke Ambalat namun pada 2001 konsesi ini dijual ke perusahaan tambang Italia, ENI SpA, sebelum kemudian ditemukan cadangan minyak berlimpah di Ambalat.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Pada 2005, tiga tahun setelah Malaysia mendapatkan Sipadan dan Ligitan, Shell masuk lagi ke Ambalat melalui pintu Malaysia. Indonesia seketika geram dengan ulah Shell ini. Pengamat perminyakan Kurtubi, dalam wawancara dengan Radio Netherland empat tahun silam, menuding Shell berbuat curang, keluar dari Ambalat dengan menjual konsesi ke ENI SpA, tetapi masuk lagi melalui Malaysia.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Tuduhan tak kalah keras keluar dari Direktur Eksplorasi dan Eksploitasi Direktorat Jenderal Migas Novian Thaib, (Kompas 9 Maret 2005), bahwa perusahaan minyak patungan Inggris-Belanda ini telah memakai data migas Blok Ambalat tanpa seizin pemerintah Indonesia. Shell melakukan itu saat mendapat hak eksplorasi Blok Ambalat pada 1999.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sebelumnya, pada 21 Februari 2005, Departemen Luar Negeri RI mengingatkan Shell karena menerima konsesi dari Malaysia. "Kami katakan kepada Shell bahwa kami (Indonesia) akan melakukan langkah `firm` (keras) terhadap kegiatan apapun yang dilakukan Shell di perairan kita," kata Arif Havas Oegroseno, yang kini Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional, Departemen Luar Negeri (Gatra, Maret 2005).</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Ironisnya</span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">, Malaysia</span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> memberikan konsesi kepada Shell setelah BP Migas memberi rekomendasi serupa kepada Unocal Corp --yang merger dengan Chevron pada Agustus 2005-- bagi eksplorasi LNG di blok yang sama. Shell menjawab surat Deplu bahwa mereka berjanji memerhatikan secara serius keinginan pemerintah Indonesia. Sengketa Indonesia-Malaysia pun perlahan reda, kedua negara sepakat menyelesaikan sengketa lewat mediasi internasional.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Tidak disangka setelah Indonesia merekomendasi perpanjangan kontrak Chevron dan hak eksplorasi ENI di Ambalat tahun ini, Malaysia memobilisasi militernya di Ambalat hingga jauh memasuki teritori Indonesia.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level2 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;"><span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Perkembangan sengketa Ambalat dan langkah penyelesaiannya</span></b></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sengketa pun mencapai babak terpanasnya. Deru dan gemerincing mesin perang seolah telah mengecilkan volume suara diplomasi. Sejumlah pakar menyebut manuver Malaysia di Ambalat sebagai intimidasi terhadap ENI agar jangan melakukan kegiatan penambangan apapun di Ambalat sampai kesepakatan internasional dicapai. Malaysia tidak mengutakatik Chevron-Unocal karena menambang di teritori aman Indonesia.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sejumlah lainnya berpendapat Malaysia sedang memaksa Indonesia untuk mengupayakan pengusahaan bersama di Ambalat seperti dilakukannya di Teluk Thailand kepada Thailand. Untungnya, kedua negara berulangkali ingin menyelesaikan persoalan lewat dialog dan diplomasi, bahkan ini disampaikan para hulubalang tertinggi militer kedua negara. Panglima TNI dan Angkatan Tentera Malaysia malah kerap bertemu secara reguler.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Mungkin karena kedua negara sebenarnya tahu risiko perang lebih merugikan kedua negara dan merusak pencapaian kedua bangsa di beberapa tahun terakhir. Mungkin juga kedua negara tak ingin terjerembab dalam skenario pihak lain di Ambalat.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Seperti dikutip Kompas (17/4, 2009), seorang promotor normalisasi hubungan Indonesia-Malaysia pascakonfrontasi 1960an, Des Alwi, mengingatkan kedua negara mengenai "politik adu domba" gaya baru prokapitalisme global di Ambalat. Des menilai, sengketa perbatasan di kawasan kaya minyak dan terumbu karang itu nyaris menimbulkan perang karena ulah satu negara Eropa yang membawa kepentingan satu perusahaan raksasa minyak yang ingin mendapatkan konsesi Ambalat.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Jika itu benar, alangkah ruginya kedua negara masuk dalam perangkap perang yang justru bukan kemauan mereka. Merugi pula, reaksi dan mobilisasi massa berlebihan yang malah membuat senang pihak ketiga yang tak peduli Ambalat diselesaikan oleh semburan meriam.</span></div><div class="ListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><br />
</div><h2 style="margin-left: 0in; mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: 21.3pt; text-indent: -.55pt;"><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-bidi-font-style: italic; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">ü<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Aksi-aksi sepihak</span></h2><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-list: l1 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 21.3pt; text-align: justify; text-indent: 0in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Tgl 21 Februari 2005 di <em>Takat Unarang</em> {nama resmi <em><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Karang_Unarang" title="Karang Unarang">Karang Unarang</a></em>) Sebanyak 17 pekerja Indonesia ditangkap oleh awak kapal perang Malaysia <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kapal_Diraja_Sri_Malaka&action=edit&redlink=1" title="Kapal Diraja Sri Malaka (halaman belum tersedia)">KD Sri Malaka</a>,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-list: l1 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 21.3pt; text-align: justify; text-indent: 0in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Angkatan laut Malaysia mengejar nelayan Indonesia keluar Ambalat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-list: l1 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 21.3pt; text-align: justify; text-indent: 0in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Malaysia</span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> dan Indonesia memberikan hak menambang ke Shell, Unocal dan ENI.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-list: l1 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 21.3pt; text-align: justify; text-indent: 0in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Pada koordinat: <img border="0" height="18" src="file:///C:/DOCUME%7E1/Dhava/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.gif" width="18" /><a href="http://stable.toolserver.org/geohack/geohack.php?pagename=Ambalat&params=4_6_03.59_N_118_37_43.52_E_">4°6′03.59″N 118°37′43.52″E<span style="mso-hansi-font-family: Calibri;"></span> / <span style="mso-hansi-font-family: Calibri;"></span>4.1009972°N 118.6287556°E<span style="display: none; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hide: all;"></span><span style="display: none; mso-hide: all;"> / 4.1009972; 118.6287556</span></a> terjadi ketegangan yang melibatkan kapal perang pihak Malaysia <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kapal_Diraja_Sri_Johor&action=edit&redlink=1" title="Kapal Diraja Sri Johor
(halaman belum tersedia)">KD Sri Johor</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kapal_Diraja_Buang&action=edit&redlink=1" title="Kapal Diraja Buang (halaman belum tersedia)">KD Buang</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kapal_Diraja_Kota_Baharu&action=edit&redlink=1" title="Kapal Diraja Kota Baharu (halaman belum
tersedia)">Kota Baharu</a> berikut dua kapal patroli sedangkan kapal perang dari pihak Indonesia melibatkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/KRI_Wiratno_%28879%29" title="KRI Wiratno (879)">KRI Wiratno</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/KRI_Tongkol_%28813%29" title="KRI Tongkol (813)">KRI Tongkol</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/KRI_Tedong_Naga_%28819%29" title="KRI Tedong Naga (819)">KRI Tedong Naga</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/KRI_Karel_Satsuit_Tubun_%28356%29" title="KRI Karel Satsuit Tubun (356)">KRI K.S. Tubun</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/KRI_Nuku_%28873%29" title="KRI Nuku (873)">KRI Nuku</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/KRI_Singa_%28651%29" title="KRI Singa (651)">KRI Singa</a> yang kemudian terjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Insiden_Penyerempetan_Kapal_RI_dan_Malaysia_2005" title="Insiden Penyerempetan Kapal RI dan
Malaysia 2005">Insiden Penyerempetan Kapal RI dan Malaysia 2005</a>, yaitu peristiwa pada tgl. 8 April 2005 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kapal_Republik_Indonesia_Tedong_Naga" title="Kapal Republik Indonesia Tedong Naga">Kapal Republik Indonesia Tedong Naga</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a>) yang menyerempet <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kapal_Diraja_Rencong&action=edit&redlink=1" title="Kapal Diraja Rencong (halaman belum tersedia)">Kapal Diraja Rencong</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia" title="Malaysia">Malaysia</a>) sebanyak tiga kali, akan tetapi tidak pernah terjadi tembak-menembak karena adanya <em>Surat Keputusan Panglima TNI Nomor: Skep/158/IV/2005 tanggal 21 April 2005</em> bahwa pada masa damai, unsur TNI AL di wilayah perbatasan RI-Malaysia harus bersikap kedepankan perdamaian dan TNI AL hanya diperbolehkan melepaskan tembakan bilamana setelah diawali adanya tembakan dari pihak Malaysia terlebih dahulu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-list: l1 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 21.3pt; text-align: justify; text-indent: 0in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Shamsudin Bardan, Ketua Eksekutif <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Persekutuan_Majikan-majikan_Malaysia_%28MEF%29" title="Persekutuan
Majikan-majikan Malaysia (MEF)">Persekutuan Majikan-majikan Malaysia (MEF)</a> menganjurkan agar warga Malaysia mengurangi pemakaian tenaga kerja berasal dari Indonesia</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-list: l1 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 21.3pt; text-align: justify; text-indent: 0in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Pihak Indonesia mengklaim adanya 35 kali pelanggaran perbatasan oleh Malaysia. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-list: l1 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 21.3pt; text-align: justify; text-indent: 0in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">7.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Tgl 24 Februari 2007 pukul 10.00 WITA, yakni kapal perang Malaysia <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kapal_Diraja_Budiman&action=edit&redlink=1" title="Kapal Diraja Budiman (halaman belum tersedia)">KD Budiman</a> dengan kecepatan 10 knot memasuki wilayah Republik Indonesia sejauh satu mil laut, pada sore harinya, pukul 15.00 WITA, kapal perang <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kapal_Diraja_Budiman&action=edit&redlink=1" title="Kapal Diraja Budiman (halaman belum tersedia)">KD Sri Perlis</a> melintas dengan kecepatan 10 knot memasuki wilayah Republik Indonesia sejauh dua mil laut yang setelah itu dibayang-bayangi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/KRI_Welang_%28808%29" title="KRI Welang (808)">KRI Welang</a>, kedua kapal berhasil diusir keluar wilayah Republik Indonesia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-list: l1 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 21.3pt; text-align: justify; text-indent: 0in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">8.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dan Tgl 25 Februari 2007 pukul 09.00 WITA <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kapal_Diraja_Sri_Perlis&action=edit&redlink=1" title="Kapal Diraja Sri
Perlis (halaman belum tersedia)">KD Sri Perli</a> memasuki wilayah RI sejauh 3.000 yard yang akhirnya diusir keluar oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/KRI_Untung_Suropati_%28872%29" title="KRI Untung Suropati (872)">KRI Untung Suropati</a>, kembali sekitar pukul 11.00, satu pesawat udara patroli maritim Malaysia jenis <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Beech_Craft_B_200_T_Superking&action=edit&redlink=1" title="Beech Craft B 200 T Superking
(halaman belum tersedia)">Beech Craft B 200 T Superking</a> melintas memasuki wilayah RI sejauh 3.000 yard, kemudian empat kapal perang yakni <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/KRI_Ki_Hajar_Dewantara_%28364%29" title="KRI Ki Hajar Dewantara
(364)">KRI Ki Hadjar Dewantara</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kapal_Republik_Indonesia_Keris&action=edit&redlink=1" title="Kapal Republik Indonesia Keris
(halaman belum tersedia)">KRI Keris</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/KRI_Untung_Suropati_%28872%29" title="KRI Untung Suropati (872)">KRI Untung Suropati</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/KRI_Welang_%28808%29" title="KRI Welang (808)">KRI Welang</a> disiagakan.</span></div><div class="ListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo2; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: 0in;"><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">ü<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Langkah-langkah Penyelesiaan Kasus Ambalat</span></b></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Belajar dari pengalaman dan menyimak kejadian yang sebenarnya, makna konflik blok Ambalat bukankah sekedar persoalan benar-salah atau kalah-menang. Namun harus diselesaikan dengan jernih dan proporsional. Langkah Presiden SBY yang pada 8 Maret 2005 melakukan peninjauan langsung ke wilayah Ambalat yang disengketakan itu sangat tepat. Peninjauan tersebut juga melengkapi komunikasi Presiden SBY dengan Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Badawi yang membuahkan kesamaan pendapat bahwa persengketaan di Ambalat harus dapat diatasi dengan cara damai.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Menghadapi Malaysia, Indonesia tidak boleh lengah sedetikpun atau mundur selangkahpun. Bersamaan dengan itu harus pula dapat dibuktikan bahwa Blok Ambalat dan Ambalat Timur adalah wilayah Indonesia. Sengketa di Ambalat tidak akan terlepas dari ekses perebutan pulau Sipadan – Ligitan.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Agar tidak terulang nasib kekalahan Indonesia dalam kasus Sipadan – Ligitan, maka untuk menetapkan keabsahan status kawasan Ambalat tidak diperlukan dialog basa-basi. Secara substansial, posisi Indonesia sudah cukup kuat. Namun dalam praktik harus tetap pada tingkat kewaspadaan tinggi, mengingat fakta bahwa sejujurnya Indonesia telah “kecolongan” atas lepasnya pulau Sipadan – Ligitan sebagai akibat dari suatu “kelalaian”.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sehubungan dengan penegasan Presiden SBY bahwa konflik Ambalat diselesaikan melalui cara damai, kata kuncinya adalah bagaimana Indonesia berkemampuan dalam berdiplomasi. Faktor ini sangat penting manakala Indonesia tidak ingin mengulangi pengalaman pahit atas kekalahan dalam sengketa Sipada – Ligitan tersebut.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Indonesia</span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> sudah berulangkali meminta Malaysia untuk merundingkan batas landas kontinen antar kedua negara, namun Malaysia tidak pernah menanggapinya secara serius. Tawaran Indonesia tersebut diajukan karena Malaysia telah membuat peta sepihak yang dibuat tahun 1979, yang jelas-jelas menyalahi hukum internasional.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Bisa jadi, diamnya Malaysia adalah menunggu saat yang tepat untuk mengajukan klaim atas Ambalat, setelah pulau Sipadan dan Ligitan ‘direbut’. Sebagaimana dijelaskan dalam awal tulisan ini, UNCLOS sendiri ‘membenarkan’ klaim tersebut, walaupun masih harus dibarengi dengan beberapa persyaratan. Rasa percaya diri yang tinggi atas kemenangan klaim Sipadan dan Ligitan, membuat Malaysia mabuk kepayang, dan terkesan rakus.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Perdana Menteri, Wakil Perdana Menteri maupun Menteri Luar Negeri Malaysia mempunyai andil besar dalam ragka pencaplokan Ambalat. Mereka bertiga secara bersama-sama selalu menekankan bahwa mempertahankan kedaulatan territorial Malaysia adalah sangat penting, dan kehadiran Menlu Malaysia ke Jakarta 9-10 Maret 2005 bukan untuk bernegoisasi. Ini artinya mereka tak menghendaki jalan diplomasi.</span></div><div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sebaliknya Indonesia, dengan bukti-bukti yang sangat kuat tak akan mungkin mundur selangkah pun untuk mempertahankan Ambalat. Prof. Dimyathi Hartono, pakar hukum internasional menyatakan bahwa secara yuridis, Indonesia, kali ini lebih kuat kedudukannya, dibandingkan ketika bersengketa terhadap pulau Sipadan dan Ligitan.</span></div><div class="ListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Prof. Hasyim Jalal menyatakan bahwa blok Ambalat dan Ambalat Timur yang diklaim Malaysia merupakan kelanjutan alamiah dari daratan Kalimantan Timur. Antara Sabah Malaysia dengan kedua blok tersebut terdapat laut dalam yang tak mungkin bisa dikatakan bahwa kedua blok itu kelanjutan alamiah Sabah. Sedangkan kelanjutan alamiah dari daratan merupakan kewenangan negara atas wilayah laut yang tercantum dalam Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982. Dengan demikian, Indonesia mempunyai posisi yuridis yang sangat kuat, dan bila Malaysia tetap ngotot, maka jalan tengah yang paling baik adalah ke Mahkamah Internasional.</span></div>Deni Hidayathttp://www.blogger.com/profile/01315616704332148960noreply@blogger.com1