Jumat, 08 Juli 2011

Amerika Serikat Bukan Peradaban Terakhir

Peradaban itu hidup dan akan selalu berpindah-pindah….

Peradaban manusia berkembang dan akan terus berkembang selalu, berubah, berpindah dan akan terus selalu berpindah. Perang Dunia I berakhir, disambung Perang Dunia II. Dengan segala kelapangannya, kubu-kubu yang berseteru dalam Perang Dunia II membuka diri untuk menghentikan peperangan, kemudian pemimpin negara tersebut segera mengambil jalan damai dengan lawannya, sehingga meja perundingan dan harapan perdamaian bisa terwujud.
Dalam sejarah ini bisa dilihat bahwa sebenarnya berakhirnya Perang Dunia II, disepakati oleh semua pihak, dan terwujud bukan karena kekuatan dan kehebatan Sekutu mengalahkan lawannya, tetapi semangat dari semua pihak yang terlibat dalam perang untuk memulai mengakhiri peperangan yang sudah memakan jutaan korban. Bisa diasumsikan, jika semua pihak yang terlibat dalam perang tidak membuka diri untuk berdamai, dengan tindakan apa yang digembar-gemborkan dan dinamakan Sekutu sebagai ungkapan “menyerah”, maka sampai saat ini peperangan masih berlangsung dan akan terus berlangsung, sebanyak apapun bom nuklir dimiliki suatu negara.
Kondisi terjadinya publikasi yang menyebutkan bahwa kemenangan dalam Perang Dunia II diraih oleh Sekutu inilah yang sudah mempengaruhi banyak pemikir termasuk Francis Fukuyama, dengan bukunya The End of History and the Last Man (1992). Dari gema di dunia internasional bahwa Sekutu yang dimotori oleh Amerika Serikat disebut sebagai pemenang dalam Perang Dunia II, mendudukkan Amerika Serikat sebagai negara Super Power, yang dari status ini akhirnya mengembang informasi baku bahwa Amerika Serikat menjadi penggerak Demokrasi Liberal versi Barat (Amerika Serikat) mencapai apa yang dinamakan oleh Fukuyama sebagai akhir dari peradaban manusia.
Pemikiran Fukuyama dalam The End of History and the Last Man, lebih besar dipengaruhi keberhasilan menggaungkan status kemenangan bagi Amerika Serikat dalam Perang Dunia II, kemudian diteruskan dengan tumbangnya rezim komunis. Maka bertambahlah “fakta” yang mendukung pemikiran Fukuyama ini, di mana seolah-olah tumbangnya Komunisme di Uni Sovyet, karena kekuatan Amerika Serikat.
Uforia itu subur dalam mindset Fukuyama, sehingga berkembang pemikiran bahwa setelah era dominasi peradaban Barat, maka tidak ada lagi peradaban lain, dengan sistem pemikiran dan kehidupan yang berbeda dengan peradaban Barat. Ketika itulah manusia sudah bersepakat untuk menerapkan Demokrasi Liberal, yang Era ini merupakan akhir sejarah (the end of history).
Dalam bahasa lain, maka tidak ada lagi peradaban setelah peradaban barat yang saat ini dimotori oleh Amerika Serikat, sehingga meletakkan Amerika Serikat dalam posisi sebagai kekuatan tunggal yang tidak dapat runtuh.
Sebagaimana terekam perjalanan sejarah, bahwa maju mundurnya sejarah peradaban suatu bangsa berkait erat dengan kekuatan militer bangsa tersebut. Siapa yang memiliki kekuatan perang yang kuat, akan mampu untuk mempertahankan diri dari serangan peradaban lain yang lebih kuat. Dengan buku tersebut, terbaca bahwa pemikiran Fukuyama sudah berakhir, menghentikan penelitian-penelitian lanjut, dan kurang menyadari bahwa perjalanan sejarah akan terus berlangsung. Tidak ada yang akan abadi memegang kekuasaan peradabannya. Pada masanya nanti, peradaban Amerika Serikat juga akan mengalami hal sama dengan yang dialami oleh imperium-imperium di masa lalu, kehancuran dan perpindahan kejayaan.

Sumber :
http://en.wikipedia.org/wiki/Francis_Fukuyama
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/06/24/lnavdk-jelang-pensiunan-menhan-as-curhat
http://newcaliphateorder.wordpress.com/2011/05/22/akhir-peradaban-barat/
http://ruang-ihsan.blogspot.com/2008/12/end-of-history-atau-end-of-west.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar